Apatisme dan Pragmatisme Mahasiswa Indonesia

Artikel ini bertujuan untuk menganalisis fenomena meningkatnya sikap apatis dan pragmatis di kalangan mahasiswa Indonesia kontemporer, serta melakukan perbandingan dengan karakteristik mahasiswa era Reformasi 1998. Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur dengan pendekatan kualitatif, menganalisis berbagai sumber data sekunder seperti jurnal ilmiah, laporan penelitian, dan artikel berita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa saat ini cenderung lebih apatis terhadap isu-isu sosial-politik dan lebih pragmatis dalam orientasi karir serta kehidupan sehari-hari. Faktor-faktor yang mempengaruhinya meliputi tekanan akademik, ketidakpastian ekonomi, disilusi politik, pengaruh teknologi digital dan media sosial, serta pergeseran nilai-nilai budaya. Sebaliknya, mahasiswa era 1998 dikenal dengan idealisme, kolektivisme, dan aktivisme yang tinggi, dipicu oleh kondisi krisis multidimensi dan represi politik Orde Baru. Perbandingan kedua generasi ini menunjukkan adanya transformasi signifikan dalam karakter dan peran mahasiswa, di mana aktivisme tidak hilang namun berubah bentuk menjadi lebih digital dan terfragmentasi. Implikasi dari fenomena ini adalah potensi menurunnya partisipasi politik formal, perubahan corak gerakan sosial, serta tantangan dalam mempersiapkan calon pemimpin masa depan yang memiliki keseimbangan antara kompetensi teknis dan kepekaan sosial. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemahaman mendalam terhadap dinamika ini penting untuk merumuskan strategi pendidikan dan kebijakan yang relevan guna memperkuat peran konstruktif mahasiswa dalam pembangunan bangsa.
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Mahasiswa, secara historis, seringkali dipandang sebagai agen perubahan (agent of change) dan kontrol sosial (social control) dalam dinamika masyarakat dan negara.1 Peran sentral ini terutama terlihat pada momentum-momentum krusial dalam sejarah bangsa, salah satunya adalah gerakan Reformasi 1998 yang dimotori oleh mahasiswa.3 Namun, dalam beberapa dekade terakhir, muncul persepsi dan indikasi bahwa mahasiswa kontemporer, yang didominasi oleh Generasi Z, menunjukkan kecenderungan sikap yang berbeda, yakni lebih apatis terhadap isu-isu sosial-politik dan lebih pragmatis dalam orientasi hidup mereka.4
Fenomena ini menjadi signifikan karena mahasiswa merupakan kelompok intelektual muda yang diharapkan menjadi penerus kepemimpinan bangsa. Sikap apatis dapat diartikan sebagai ketidakpedulian, kurangnya minat, atau tidak adanya antusiasme terhadap aspek-aspek tertentu, terutama yang berkaitan dengan isu sosial, politik, dan kemasyarakatan.1 Sementara itu, pragmatisme sering dipahami sebagai orientasi pada hasil praktis, manfaat langsung, dan efisiensi, terkadang dengan mengesampingkan pertimbangan idealisme atau nilai-nilai jangka panjang.6
Perbedaan konteks sosial-politik, ekonomi, dan teknologi antara era Reformasi 1998 dan era digital saat ini diduga kuat mempengaruhi pembentukan karakter dan orientasi nilai mahasiswa. Mahasiswa era 1998 tumbuh dalam suasana represi politik Orde Baru dan krisis multidimensi yang memicu gelombang aktivisme masif.3 Sebaliknya, mahasiswa kontemporer hidup di era keterbukaan informasi, penetrasi teknologi digital yang masif, kompetisi global yang ketat, serta tantangan ekonomi dan sosial yang berbeda.9
Memahami alasan di balik kecenderungan apatisme dan pragmatisme mahasiswa saat ini, serta membandingkannya dengan semangat mahasiswa era 1998, menjadi krusial. Analisis ini tidak hanya penting untuk memetakan perubahan lanskap gerakan mahasiswa, tetapi juga untuk mengidentifikasi implikasinya terhadap partisipasi politik, kualitas demokrasi, dan kesiapan generasi muda dalam menghadapi tantangan masa depan bangsa.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Bagaimana manifestasi sikap apatis dan pragmatis pada mahasiswa Indonesia kontemporer?
- Faktor-faktor apa saja yang berkontribusi terhadap munculnya sikap apatis dan pragmatis pada mahasiswa Indonesia kontemporer?
- Bagaimana karakteristik mahasiswa era Reformasi 1998, terutama terkait idealisme dan aktivisme mereka?
- Apa saja perbedaan dan persamaan mendasar antara mahasiswa kontemporer dan mahasiswa era Reformasi 1998 dalam hal sikap, nilai, dan partisipasi sosial-politik?
- Bagaimana implikasi dari sikap apatis dan pragmatis mahasiswa kontemporer terhadap peran mereka sebagai agen perubahan dan kontrol sosial, serta bagi masa depan demokrasi dan gerakan sosial di Indonesia?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
- Mengidentifikasi dan mendeskripsikan manifestasi sikap apatis dan pragmatis pada mahasiswa Indonesia kontemporer.
- Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perkembangan sikap apatis dan pragmatis di kalangan mahasiswa Indonesia kontemporer.
- Mendeskripsikan karakteristik utama mahasiswa era Reformasi 1998, khususnya terkait idealisme, kolektivisme, dan aktivisme mereka.
- Melakukan analisis perbandingan antara mahasiswa kontemporer dan mahasiswa era Reformasi 1998 dalam konteks sikap sosial-politik, orientasi nilai, dan bentuk partisipasi.
- Menganalisis implikasi dari tren apatisme dan pragmatisme mahasiswa kontemporer bagi dinamika sosial-politik dan masa depan Indonesia.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
- Manfaat Teoritis: Memberikan kontribusi pada pengembangan studi kepemudaan, sosiologi politik, dan kajian gerakan sosial di Indonesia, khususnya dalam memahami transformasi karakter dan peran mahasiswa lintas generasi.
- Manfaat Praktis:
- Bagi institusi pendidikan: Memberikan masukan untuk pengembangan kurikulum dan metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan kesadaran kritis, idealisme, dan partisipasi aktif mahasiswa.
- Bagi pemerintah dan pembuat kebijakan: Memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai aspirasi dan tantangan yang dihadapi generasi muda, sehingga dapat merumuskan kebijakan yang lebih responsif dan inklusif.
- Bagi organisasi mahasiswa dan aktivis: Memberikan refleksi mengenai perubahan lanskap aktivisme dan strategi yang relevan untuk menggalang partisipasi mahasiswa kontemporer.
- Bagi masyarakat umum: Memberikan perspektif yang lebih berimbang mengenai fenomena apatisme dan pragmatisme mahasiswa, menghindari generalisasi yang berlebihan.
Definisi Konseptual
1. Apatisme Mahasiswa
Apatisme, secara etimologis berasal dari bahasa Yunani apathes yang berarti "tanpa perasaan".1 Dalam konteks psikologis dan sosial, apatisme merujuk pada keadaan ketidakpedulian, kurangnya minat, antusiasme, atau emosi terhadap aspek-aspek kehidupan, termasuk isu-isu sosial, politik, dan lingkungan.1 Al Faza & Lestari (2020) mendefinisikan apatisme sebagai sikap acuh tak acuh, tidak peduli, serta masa bodoh terhadap perubahan atau permasalahan di sekitarnya, di mana fokus utama individu hanya pada dirinya sendiri.4 Dalam konteks politik, apatisme mahasiswa dimanifestasikan sebagai tidak adanya minat, simpati, serta rendahnya antusiasme yang berujung pada ketidakpedulian terhadap perpolitikan.4 Sikap ini dapat muncul karena berbagai faktor, termasuk kekecewaan terhadap sistem politik, anggapan bahwa politik itu kotor, atau fokus yang berlebihan pada urusan akademik dan pribadi.4
2. Pragmatisme Mahasiswa
Pragmatisme, berasal dari kata Yunani pragma yang berarti "tindakan" atau "praktik".6 Sebagai aliran filsafat, pragmatisme menekankan pada konsekuensi praktis dan kegunaan sebagai ukuran kebenaran atau nilai suatu gagasan atau tindakan.6 Dalam konteks perilaku mahasiswa, pragmatisme seringkali diartikan sebagai orientasi yang kuat pada hasil yang nyata, manfaat langsung, dan efisiensi dalam mencapai tujuan, terutama yang berkaitan dengan karir dan kesuksesan material.6 Mahasiswa pragmatis cenderung membuat keputusan berdasarkan pertimbangan untung-rugi, mencari jalan pintas, dan lebih fokus pada pengembangan keterampilan yang relevan dengan pasar kerja daripada pendalaman ideologi atau keterlibatan dalam isu-isu sosial yang dianggap kurang memberikan manfaat personal secara langsung.6 Pergeseran makna pragmatisme dari "menjernihkan gagasan dengan tindakan" menjadi "segala sesuatu berarti sejauh mencapai kegunaan praktis" dipengaruhi oleh anggapan populer dan pemikiran neo-pragmatis.6
Karakteristik Mahasiswa Kontemporer (Dominan Generasi Z)
Mahasiswa kontemporer di Indonesia saat ini didominasi oleh Generasi Z, yaitu mereka yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an.11 Generasi ini tumbuh dan berkembang dalam era digital yang ditandai dengan penetrasi teknologi informasi dan komunikasi yang masif, terutama internet dan media sosial.11 Beberapa karakteristik yang sering dilekatkan pada Generasi Z antara lain:
- Digital Natives: Sangat akrab dan mahir dalam menggunakan teknologi digital sejak usia dini.16
- Keterhubungan Global: Mudah terhubung dengan individu dan informasi dari seluruh dunia melalui internet.15
- Keinginan Serba Instan: Cenderung menginginkan hasil yang cepat dan praktis, kurang menyukai proses yang panjang dan berbelit-belit.17
- Individualisme: Beberapa penelitian menunjukkan adanya kecenderungan sikap individualistis yang lebih tinggi, meskipun tetap terhubung secara sosial melalui platform digital.17
- Multitasking: Terbiasa melakukan beberapa aktivitas secara bersamaan, terutama yang melibatkan perangkat digital.
- Visual dan Kreatif: Lebih responsif terhadap informasi visual dan memiliki potensi kreativitas yang tinggi dalam memanfaatkan platform digital.21
- Peduli Isu Tertentu: Meskipun terkadang dicap apatis, Generasi Z menunjukkan kepedulian pada isu-isu spesifik seperti lingkungan, kesehatan mental, dan kesetaraan, seringkali diekspresikan melalui aktivisme digital.17
- Pragmatis dalam Karir: Cenderung pragmatis dalam memilih jurusan dan merencanakan karir, dengan fokus pada prospek kerja dan stabilitas finansial.14
- Rentan terhadap Informasi Hoaks dan FOMO: Paparan informasi yang masif di media sosial membuat mereka rentan terhadap berita palsu dan fenomena Fear of Missing Out (FOMO) yang dapat mempengaruhi partisipasi politik mereka.10
Karakteristik Mahasiswa Era Reformasi 1998
Mahasiswa era Reformasi 1998, yang sebagian besar merupakan Generasi X akhir atau Milenial awal, memiliki karakteristik yang sangat dipengaruhi oleh konteks sosial-politik pada masanya. Era ini ditandai oleh:
- Krisis Multidimensi: Krisis moneter Asia 1997 yang berdampak parah pada ekonomi Indonesia, memicu PHK massal dan kenaikan harga kebutuhan pokok.3
- Rezim Otoriter Orde Baru: Pemerintahan Presiden Soeharto yang telah berkuasa selama lebih dari tiga dekade dengan praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang masif serta pembatasan kebebasan sipil.2 Karakteristik utama mahasiswa era 1998 meliputi:
- Idealisme Tinggi: Memiliki idealisme yang kuat untuk mewujudkan perubahan menuju Indonesia yang lebih demokratis, adil, dan bebas dari KKN.2
- Kolektivisme dan Solidaritas Kuat: Gerakan mahasiswa 1998 ditandai dengan solidaritas yang tinggi antar mahasiswa dari berbagai kampus dan elemen masyarakat lainnya. Agenda aksi dibicarakan dan diorganisir secara kolektif.3
- Keberanian dan Militansi: Menunjukkan keberanian yang luar biasa dalam menentang rezim otoriter, meskipun menghadapi risiko represi dari aparat keamanan.3
- Fokus pada Isu Politik dan Ekonomi Nasional: Tuntutan utama mereka berpusat pada reformasi politik (turunkan Soeharto, hapus Dwi Fungsi ABRI, adili Soeharto dan kroni-kroninya) dan perbaikan kondisi ekonomi (turunkan harga sembako, hapuskan monopoli).3
- Gerakan Moral: Cenderung bergerak atas dasar moral dan kerisauan terhadap kondisi rakyat, tanpa ambisi untuk mencapai kekuasaan politik tertentu.24
- Aktivisme Fisik dan Organisasional: Partisipasi dominan dalam bentuk demonstrasi massa, diskusi-diskusi intensif di kampus, dan pengorganisasian melalui organ-organ mahasiswa, baik intra maupun ekstra kampus.3
Teori Generasi Karl Mannheim
Teori generasi yang dikemukakan oleh Karl Mannheim (1952) relevan untuk memahami perbedaan antara mahasiswa kontemporer dan mahasiswa era 1998. Mannheim berpendapat bahwa generasi bukan hanya sekadar kelompok usia, melainkan sebuah konstruksi sosial yang dibentuk oleh pengalaman historis bersama pada periode formatif kehidupan individu, terutama masa remaja dan awal dewasa.17 Pengalaman-pengalaman ini membentuk kesadaran sosial, perspektif, nilai-nilai, dan cara pandang yang khas pada suatu generasi.17
Setiap generasi akan merespons peristiwa-peristiwa sejarah dan perubahan sosial dengan cara yang berbeda, yang kemudian membentuk "etos generasi" mereka. Mahasiswa era 1998 mengalami krisis ekonomi dan represi politik sebagai pengalaman formatif utama, yang melahirkan etos aktivisme dan idealisme kolektif. Sebaliknya, mahasiswa Generasi Z dibentuk oleh pengalaman hidup di era digital, globalisasi, dan dinamika sosial-politik pasca-reformasi yang lebih kompleks dan terfragmentasi. Perbedaan pengalaman formatif inilah yang menjadi salah satu kunci untuk memahami perbedaan sikap, nilai, dan bentuk partisipasi antara kedua generasi mahasiswa tersebut.
Metode Penelitian
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi literatur (literature review) dan analisis komparatif. Pendekatan kualitatif dipilih karena penelitian ini bertujuan untuk memahami secara mendalam fenomena apatisme dan pragmatisme mahasiswa kontemporer serta melakukan perbandingan dengan karakteristik mahasiswa era Reformasi 1998, dengan fokus pada makna, konteks, dan proses yang melatarbelakanginya.28 Studi literatur memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan, menganalisis, dan mensintesis informasi dari berbagai sumber tertulis yang relevan. Analisis komparatif digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan dan persamaan mendasar antara dua kelompok mahasiswa dari era yang berbeda.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari berbagai literatur ilmiah dan publikasi yang relevan. Sumber-sumber tersebut meliputi:
- Jurnal Ilmiah: Artikel-artikel penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal nasional dan internasional yang membahas tentang apatisme mahasiswa, pragmatisme mahasiswa, karakteristik Generasi Z, gerakan mahasiswa 1998, aktivisme digital, pengaruh media sosial, sistem pendidikan, dan isu-isu sosial-politik terkait. (Contoh: 2)
- Buku dan Bab Buku: Karya-karya akademis yang relevan dengan topik penelitian. (Contoh: 34)
- Laporan Penelitian dan Survei: Hasil penelitian dari lembaga riset, universitas, atau organisasi non-pemerintah yang mengkaji sikap, nilai, dan partisipasi generasi muda/mahasiswa. (Contoh: 23)
- Tesis dan Disertasi: Karya ilmiah mahasiswa pascasarjana yang relevan. (Contoh: 12)
- Artikel Berita dan Opini dari Sumber Terpercaya: Artikel dari media massa kredibel yang membahas fenomena mahasiswa, gerakan sosial, dan isu-isu terkait. (Contoh: 13)
- Dokumen Kebijakan dan Peraturan: Dokumen resmi dari lembaga pemerintah terkait pendidikan dan pembinaan ideologi. (Contoh: 93)
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui tinjauan literatur sistematis. Langkah-langkah yang dilakukan meliputi:
- Identifikasi Kata Kunci: Menentukan kata kunci yang relevan dengan topik penelitian, seperti "apatisme mahasiswa", "pragmatisme mahasiswa", "mahasiswa 1998", "Generasi Z Indonesia", "aktivisme mahasiswa", "perubahan sosial politik Indonesia".
- Pencarian Literatur: Melakukan pencarian literatur melalui basis data akademik online (misalnya, Google Scholar, ResearchGate, portal jurnal nasional dan internasional), perpustakaan digital, dan repositori institusi.
- Seleksi dan Pemilihan Literatur: Menyeleksi literatur berdasarkan kriteria relevansi dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, kualitas metodologis (untuk studi empiris), dan kredibilitas sumber.
- Ekstraksi Data: Mengekstrak informasi penting dari literatur yang terpilih, meliputi definisi konseptual, temuan penelitian, argumen teoritis, data statistik, dan analisis terkait.
Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dari studi literatur dianalisis menggunakan teknik analisis isi (content analysis) dan analisis komparatif.
- Analisis Isi Tematik: Data kualitatif dari berbagai sumber dianalisis secara tematik untuk mengidentifikasi pola-pola, konsep-konsep kunci, dan argumen-argumen yang muncul terkait apatisme, pragmatisme, karakteristik mahasiswa kontemporer, dan mahasiswa era 1998.
- Sintesis Literatur: Hasil analisis isi dari berbagai sumber disintesis untuk membangun pemahaman yang komprehensif mengenai masing-masing fenomena.
- Analisis Komparatif: Dilakukan perbandingan sistematis antara karakteristik, sikap, nilai, dan bentuk partisipasi mahasiswa kontemporer dengan mahasiswa era Reformasi 1998. Perbandingan ini difokuskan pada aspek-aspek yang relevan dengan rumusan masalah.
- Interpretasi dan Penarikan Kesimpulan: Hasil analisis dan perbandingan diinterpretasikan dalam kerangka teoritis yang relevan (misalnya, teori generasi Mannheim) untuk menjelaskan faktor-faktor penyebab perubahan dan implikasinya. Kesimpulan ditarik berdasarkan temuan-temuan utama penelitian.
Hasil Penelitian
Profil Mahasiswa Kontemporer (Dominan Generasi Z): Apatisme dan Pragmatisme
Mahasiswa kontemporer, yang mayoritas adalah Generasi Z, menunjukkan karakteristik yang berbeda secara signifikan dibandingkan generasi-generasi sebelumnya, terutama dalam hal sikap sosial-politik dan orientasi hidup. Kecenderungan apatisme dan pragmatisme menjadi dua ciri yang seringkali disorot.
1. Manifestasi Perilaku Apatis
Apatisme di kalangan mahasiswa kontemporer termanifestasi dalam berbagai bentuk, terutama terkait isu-isu sosial dan politik. Beberapa manifestasi perilaku apatis yang teridentifikasi meliputi:
- Ketidakpedulian terhadap Isu Politik: Banyak mahasiswa, termasuk dari Fakultas Ilmu Sosial, menunjukkan sikap tidak peduli atau acuh tak acuh terhadap isu-isu politik yang berkembang, baik di tingkat kampus maupun nasional.4 Mereka cenderung menganggap politik sebagai sesuatu yang kotor, tidak relevan dengan kehidupan pribadi, atau hanya sebagai ajang perebutan kepentingan kelompok tertentu.4
- Rendahnya Partisipasi dalam Kegiatan Politik Kampus: Tingkat partisipasi dalam kegiatan politik di lingkup kampus, seperti pemilihan umum raya (Pemira) mahasiswa, cenderung rendah. Fenomena golongan putih (golput) atau tidak memilih masih marak terjadi, meskipun sosialisasi telah dilakukan.4 Ini mengindikasikan kurangnya minat dan antusiasme terhadap proses demokrasi di tingkat mikro.
- Fokus pada Urusan Akademik dan Pribadi: Mahasiswa apatis cenderung lebih memfokuskan energi dan perhatian pada pencapaian akademik (IPK tinggi) dan urusan pribadi, serta kurang memiliki kesadaran atau motivasi untuk menyikapi permasalahan di luar tanggung jawab individual mereka.4
- Menghindari Diskusi Politik: Beberapa mahasiswa cenderung enggan atau menghindar ketika diajak berdiskusi mengenai topik-topik politik.4
- Hilangnya Kontrol Sosial: Sikap tidak peduli terhadap isu-isu di luar kehidupan pribadi, termasuk urusan negara, kampus, atau pemerintah, menyebabkan melemahnya peran mahasiswa sebagai agen kontrol sosial.5
- Penerimaan Pasif terhadap Otoritas: Dalam beberapa kasus, apatisme juga termanifestasi dalam bentuk penerimaan mutlak terhadap otoritas (sosial, orang tua, agama) dan nilai-nilai konvensional tanpa melakukan kritik atau tantangan, yang disebut sebagai kepasifan.5
2. Manifestasi Perilaku Pragmatis
Pragmatisme di kalangan mahasiswa kontemporer terlihat jelas dalam orientasi mereka terhadap pendidikan, karir, dan pengambilan keputusan sehari-hari. Beberapa manifestasi perilaku pragmatis meliputi:
- Orientasi pada Karir dan Kestabilan Ekonomi: Mahasiswa cenderung memilih jurusan dan mengembangkan keterampilan yang dianggap memiliki prospek kerja tinggi dan menjanjikan kestabilan finansial di masa depan.13 Tujuan utama kuliah seringkali adalah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan gaji yang cukup.13
- Fokus pada Nilai Guna Praktis: Dalam memandang berbagai hal, termasuk pendidikan dan aktivitas, mahasiswa pragmatis lebih menekankan pada kegunaan praktis dan manfaat langsung yang bisa diperoleh.6 Sesuatu dianggap bernilai jika memberikan keuntungan secara cepat.6
- Mengejar IPK Tinggi sebagai Tujuan Utama: Ambisi untuk mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang sempurna seringkali menjadi prioritas, mengalahkan minat pada kegiatan non-akademik atau isu-isu sosial.5 Waktu lebih banyak dihabiskan di perpustakaan atau laboratorium demi mengejar nilai.
- Pilihan Rasional dalam Aktivisme: Bahkan dalam aktivisme, pilihan untuk terlibat atau tidak bisa didasari pertimbangan pragmatis. Beberapa mantan aktivis, misalnya, bergeser orientasinya karena pertimbangan karir dan kebutuhan pribadi.25 Mahasiswa saat ini mungkin juga melakukan kalkulasi serupa.
- Adaptasi terhadap Tuntutan Pasar Kerja: Mahasiswa berusaha keras untuk beradaptasi dengan tuntutan pasar kerja yang kompetitif, misalnya dengan bekerja paruh waktu sambil kuliah untuk mendapatkan pengalaman dan penghasilan.5
3. Faktor Pendorong Apatisme dan Pragmatisme Mahasiswa Kontemporer
Munculnya sikap apatis dan pragmatis di kalangan mahasiswa kontemporer dipengaruhi oleh interaksi kompleks berbagai faktor, baik internal maupun eksternal.
Faktor Internal Mahasiswa:
- Beban Akademik yang Berat: Tuntutan akademik yang tinggi, seperti tugas kuliah, ujian, dan target nilai, dapat menyita waktu dan energi mahasiswa, sehingga mereka kehilangan semangat dan motivasi untuk terlibat dalam isu di luar akademik.4
- Kehilangan Arah dan Tujuan Hidup: Mahasiswa yang tidak memiliki arah dan tujuan hidup yang jelas bisa merasa bingung dan kehilangan motivasi, menganggap usaha mereka sia-sia, dan akhirnya menjadi apatis.4
- Stres dan Tekanan Psikologis: Tekanan akademik, masalah pribadi, atau konflik sosial dapat menyebabkan stres yang memicu apatisme.4
- Kurangnya Pengetahuan dan Pemahaman: Kurangnya pemahaman mengenai isu-isu politik, manfaat berorganisasi, atau cara berpartisipasi secara efektif dapat menyebabkan mahasiswa enggan terlibat.4
- Karakteristik Generasi Z: Ciri khas Generasi Z seperti keinginan serba instan dan individualisme juga dapat berkontribusi.17
Faktor Eksternal:
- Kondisi Sosial-Politik dan Ketidakpercayaan pada Institusi:
- Disilusi Politik: Pengalaman negatif atau persepsi buruk terhadap politik (dianggap kotor, penuh intrik, korup) dan politisi dapat menimbulkan trauma atau ketidakpercayaan, yang berujung pada apatisme.4 Survei Indikator Politik Indonesia pada 2013 menunjukkan tingkat ketidakpercayaan yang tinggi terhadap institusi politik seperti DPR, politisi, dan partai politik.31 Riset LSI pada Januari 2021 juga menunjukkan rendahnya identifikasi masyarakat terhadap partai politik, hanya 12%.68
- Politik Uang: Maraknya politik uang dianggap sebagai hal biasa oleh sebagian generasi muda, didorong faktor kebiasaan dan ekonomi, yang mencerminkan pragmatisme dan apatisme terhadap integritas pemilu.33
- Kebijakan yang Dianggap Membungkam: Kebijakan normalisasi kehidupan kampus (NKK/BKK) di masa lalu atau kebijakan lain yang dianggap membatasi ruang gerak mahasiswa juga dapat memicu apatisme.4
- Tekanan Ekonomi dan Ketidakpastian Masa Depan:
- Fokus pada Kesiapan Kerja: Tuntutan untuk segera mendapatkan pekerjaan setelah lulus dan persaingan di pasar kerja yang ketat mendorong mahasiswa untuk lebih pragmatis dan fokus pada pengembangan diri serta pencapaian akademik.5
- Kondisi Ekonomi Keluarga: Mahasiswa dari keluarga dengan kondisi ekonomi kurang mampu mungkin lebih fokus pada upaya meringankan beban orang tua atau mencari penghasilan tambahan, sehingga waktu dan energi untuk aktivisme terbatas.5
- Pengaruh Teknologi dan Media Sosial:
- Ketergantungan Digital dan Informasi Instan: Generasi Z yang tumbuh dengan teknologi digital cenderung menginginkan informasi yang instan dan mudah diakses. Hal ini dapat mengurangi minat baca buku dan pendalaman isu secara komprehensif.17
- Distraksi dan Overload Informasi: Media sosial dapat menjadi sumber distraksi dan overload informasi, termasuk berita palsu (hoaks) dan ujaran kebencian, yang dapat memicu kebingungan, sinisme, atau justru apatisme.23 Sekitar 64.8% pemilih muda pernah terpapar informasi palsu terkait politik di media sosial.23
- Individualisme Digital: Interaksi yang dominan di ruang maya dapat mengurangi interaksi sosial langsung dan rasa kebersamaan, memperkuat kecenderungan individualistis.9
- Fear of Missing Out (FOMO): Partisipasi dalam isu sosial atau politik terkadang didorong oleh FOMO, bukan pemahaman mendalam, yang menunjukkan partisipasi yang dangkal.10
- Apatisme Akibat Penggunaan Berlebih: Intensitas penggunaan media sosial yang tinggi, seperti TikTok, terbukti berhubungan dengan peningkatan sikap apatis pada remaja.100
- Pergeseran Budaya dan Nilai:
- Budaya Populer Global: Paparan budaya populer global (misalnya K-Pop) dapat mempengaruhi identitas, nilai, dan gaya hidup mahasiswa, termasuk mendorong perilaku konsumtif dan individualistis, yang berpotensi mengikis nilai-nilai lokal dan etika sosial.20 Dampak negatif budaya K-Pop meliputi perilaku konsumtif, kecanduan gawai, dan perubahan gaya bicara.89
- Individualisme vs. Kolektivisme: Adanya pergeseran dari nilai-nilai kolektivisme ke individualisme dalam masyarakat modern, yang juga mempengaruhi mahasiswa.17
- Peran Keluarga dan Lingkungan Sosial:
- Ekspektasi Orang Tua: Ekspektasi orang tua yang tinggi terhadap prestasi akademik dan pilihan karir anak dapat mendorong orientasi pragmatis dan membatasi pilihan mahasiswa pada jalur yang dianggap "aman" atau prestisius, terkadang mengabaikan minat dan bakat anak.66 Persepsi negatif terhadap ekspektasi orang tua berkorelasi dengan kesulitan mengambil keputusan karir.105
- Kurangnya Dukungan untuk Aktivisme: Lingkungan keluarga atau teman sebaya yang tidak mendukung keterlibatan dalam kegiatan sosial-politik juga dapat memicu apatisme.4
- Sistem Pendidikan:
- Kurikulum yang Kurang Mendorong Pemikiran Kritis dan Kesadaran Sosial: Sistem pendidikan yang lebih menekankan pada aspek kognitif dan pencapaian nilai, serta kurang memberikan ruang untuk diskusi kritis mengenai isu-isu sosial-politik, dapat berkontribusi pada sikap apatis dan pragmatis.7 Pendidikan karakter dan penanaman nilai Pancasila menjadi penting untuk menangkal hal ini.43
- Pragmatisasi Pendidikan Kejuruan: Penekanan berlebihan pada pendidikan kejuruan yang pragmatis dan berorientasi kerja berpotensi mengabaikan pengembangan etika, tanggung jawab sosial, atau pandangan holistik mahasiswa.22
Profil Mahasiswa Era Reformasi 1998: Idealisme dan Aktivisme
Mahasiswa era Reformasi 1998 memainkan peran kunci dalam transisi politik Indonesia dari rezim Orde Baru menuju era demokrasi. Karakter dan gerakan mereka sangat dipengaruhi oleh konteks sosial-politik yang represif dan krisis multidimensi yang melanda negeri.
1. Konteks Sosial-Politik Era 1998
Era akhir 1990-an di Indonesia diwarnai oleh berbagai faktor krusial yang membentuk kesadaran dan mendorong gerakan mahasiswa:
- Krisis Moneter dan Ekonomi: Dimulai pada tahun 1997, krisis moneter Asia menghantam Indonesia dengan keras, menyebabkan inflasi yang melonjak, PHK massal, dan kesulitan ekonomi yang meluas di masyarakat.3 Harga kebutuhan pokok meroket, menambah penderitaan rakyat.
- Pemerintahan Otoriter Orde Baru: Rezim Orde Baru di bawah Presiden Soeharto telah berkuasa selama lebih dari 32 tahun, ditandai dengan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang merajalela, pembatasan kebebasan sipil dan politik, serta kontrol ketat terhadap media dan organisasi masyarakat.2
- Represi Politik: Setiap bentuk kritik atau oposisi terhadap pemerintah dihadapi dengan tindakan represif dari aparat keamanan. Ruang demokrasi sangat terbatas.
2. Karakteristik Utama Mahasiswa Era 1998
Dalam menghadapi kondisi tersebut, mahasiswa era 1998 menunjukkan karakteristik yang khas:
- Idealisme yang Tinggi: Mereka dimotivasi oleh idealisme yang kuat untuk memperjuangkan perubahan mendasar demi terwujudnya tatanan masyarakat yang lebih adil, demokratis, dan sejahtera.2 Mereka percaya bahwa mahasiswa memiliki tanggung jawab moral untuk menyuarakan kebenaran dan membela kepentingan rakyat.
- Semangat Kolektivisme dan Solidaritas: Gerakan mahasiswa 1998 dibangun di atas fondasi kolektivisme dan solidaritas yang kuat. Mahasiswa dari berbagai universitas, latar belakang, dan organisasi bersatu padu menyuarakan tuntutan bersama.3 Keputusan dan aksi seringkali diorganisir secara kolektif dan terbuka.
- Keberanian Menghadapi Risiko: Meskipun dihadapkan pada potensi represi fisik dan ancaman dari aparat keamanan, mahasiswa era 1998 menunjukkan keberanian yang luar biasa untuk turun ke jalan dan menyuarakan aspirasi mereka.3 Tragedi Trisakti, di mana empat mahasiswa tewas tertembak, menjadi simbol pengorbanan dan semakin memicu eskalasi gerakan.3
- Nalar Kritis terhadap Pemerintah: Mereka sangat kritis terhadap kebijakan pemerintah Orde Baru dan praktik KKN yang dianggap sebagai akar permasalahan bangsa. Diskusi-diskusi intensif di kampus menjadi sarana untuk mengasah nalar kritis dan merumuskan tuntutan gerakan.3
- Peran sebagai Agen Perubahan Moral: Gerakan mahasiswa 1998 seringkali dipandang sebagai gerakan moral yang tidak didasari oleh kepentingan politik praktis atau ambisi merebut kekuasaan, melainkan oleh keprihatinan mendalam terhadap kondisi bangsa dan penderitaan rakyat.24
3. Tuntutan dan Bentuk Gerakan Mahasiswa 1998
Tuntutan utama mahasiswa pada gerakan Reformasi 1998 meliputi agenda reformasi yang komprehensif:
- Turunkan Soeharto dari Jabatan Presiden: Ini menjadi tuntutan sentral yang menyatukan berbagai elemen gerakan.3
- Adili Soeharto dan Kroni-kroninya: Menuntut pertanggungjawaban hukum atas praktik KKN selama Orde Baru.
- Hapuskan Dwi Fungsi ABRI: Menuntut pemisahan peran militer dari politik.
- Amandemen UUD 1945: Untuk menciptakan sistem ketatanegaraan yang lebih demokratis.
- Penegakan Supremasi Hukum: Menuntut sistem peradilan yang adil dan independen.
- Pemberantasan KKN: Menjadi salah satu agenda utama reformasi.
- Perbaikan Ekonomi: Menuntut penurunan harga kebutuhan pokok dan penghapusan monopoli yang merugikan rakyat.3
Bentuk gerakan mahasiswa 1998 didominasi oleh:
- Demonstrasi Massa: Aksi turun ke jalan secara besar-besaran, terutama di Jakarta (menduduki Gedung DPR/MPR) dan kota-kota besar lainnya.3
- Diskusi dan Mimbar Bebas: Kampus menjadi pusat diskusi kritis dan mimbar bebas untuk menyuarakan aspirasi dan mengkonsolidasikan gerakan.3
- Pengorganisasian Lintas Kampus dan Jaringan: Membangun aliansi dan jaringan antar organisasi mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi untuk memperkuat gerakan.8
- Pemanfaatan Media Alternatif Terbatas: Meskipun belum semasif era digital, upaya penyebaran informasi dan gagasan dilakukan melalui buletin, selebaran, dan media alternatif lainnya yang terbatas. Teknologi digital seperti internet baru mulai dikenal dan belum menjadi alat mobilisasi utama seperti saat ini.111
Organisasi mahasiswa ekstra kampus (Ormek) seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) memainkan peran signifikan dalam mengorganisir dan memobilisasi mahasiswa, serta memberikan landasan ideologis bagi gerakan.27
Analisis Perbandingan: Mahasiswa Kontemporer vs. Mahasiswa Era Reformasi 1998
Perbandingan antara mahasiswa kontemporer (dominan Generasi Z) dan mahasiswa era Reformasi 1998 mengungkapkan perbedaan signifikan dalam sikap terhadap isu sosial-politik, orientasi nilai, serta bentuk partisipasi dan aktivisme. Perbedaan ini tidak hanya mencerminkan perubahan karakteristik generasi, tetapi juga transformasi lanskap sosial, politik, ekonomi, dan teknologi di Indonesia.
1. Sikap terhadap Isu Sosial-Politik
Mahasiswa Era 1998: Menunjukkan tingkat kepedulian dan keterlibatan yang sangat tinggi terhadap isu-isu sosial-politik nasional. Isu utama yang dihadapi (krisis ekonomi, rezim otoriter) bersifat sangat mendesak dan dirasakan dampaknya secara luas, memicu respons kolektif yang kuat.3 Mereka memiliki "musuh bersama" (common enemy) yang jelas, yaitu rezim Orde Baru.13
Mahasiswa Kontemporer: Cenderung lebih apatis atau selektif dalam merespons isu sosial-politik. Tingkat kepercayaan terhadap institusi politik formal seperti partai politik dan parlemen cenderung rendah.4 Isu yang menarik perhatian seringkali bersifat spesifik, terkait langsung dengan kepentingan mereka (misalnya biaya kuliah), atau isu-isu global yang populer di media sosial (misalnya lingkungan, kesetaraan gender).10 Survei CSIS (2022) menunjukkan isu ekonomi (kesejahteraan, lapangan kerja) dan pemberantasan korupsi menjadi prioritas bagi pemilih muda, namun partisipasi dalam organisasi politik formal rendah.78
2. Orientasi Nilai
Mahasiswa Era 1998:
- Idealisme: Sangat kental dengan nilai-nilai idealisme, memperjuangkan demokrasi, keadilan, dan hak asasi manusia sebagai tujuan luhur.2
- Kolektivisme: Menjunjung tinggi nilai kebersamaan, solidaritas, dan perjuangan kolektif. Kepentingan bersama bangsa dianggap lebih utama daripada kepentingan individu atau kelompok.3
- Nasionalisme dan Keadilan Sosial: Perjuangan mereka juga didasari oleh semangat nasionalisme untuk menyelamatkan bangsa dari krisis dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Mahasiswa Kontemporer:
- Pragmatisme: Lebih dominan orientasi pragmatis, fokus pada pencapaian pribadi, karir, dan manfaat praktis.6 Pilihan-pilihan hidup seringkali didasarkan pada kalkulasi untung-rugi dan efisiensi.
- Individualisme: Cenderung lebih individualistis, meskipun tetap terhubung secara digital. Kepentingan dan pengembangan diri seringkali menjadi prioritas utama.17 Penelitian menunjukkan adanya pergeseran nilai individualisme-kolektivisme pada remaja Indonesia yang terpapar budaya global.86
- Materialisme: Dalam beberapa kasus, terutama dipengaruhi budaya populer dan konsumerisme, orientasi materialistis dapat muncul.40
- Idealisme Selektif: Idealisme tidak sepenuhnya hilang, namun mungkin lebih bersifat selektif dan diekspresikan melalui cara-cara yang berbeda, seringkali terkait isu-isu spesifik yang relevan dengan nilai-nilai personal mereka.
3. Bentuk Partisipasi dan Aktivisme
Mahasiswa Era 1998:
- Aktivisme Fisik dan Terorganisir: Dominan dalam bentuk aksi massa turun ke jalan, demonstrasi, pendudukan gedung parlemen, dan diskusi-diskusi intensif yang terorganisir melalui struktur organisasi mahasiswa (Ormek) yang kuat.3
- Mobilisasi Konvensional: Mobilisasi massa dilakukan melalui jaringan organisasi, pertemuan langsung, dan media cetak terbatas.
- Kepemimpinan Jelas: Gerakan seringkali memiliki tokoh-tokoh sentral atau kepemimpinan kolektif yang jelas dari berbagai organisasi mahasiswa.
Mahasiswa Kontemporer:
- Aktivisme Digital (Clicktivism, Slacktivism): Partisipasi politik dan sosial banyak dilakukan melalui platform digital dan media sosial, seperti membuat petisi online, menyebarkan tagar, berdiskusi di forum online, atau mengikuti kampanye digital.10 Gerakan seperti #ReformasiDikorupsi dan #GejayanMemanggil menunjukkan peran sentral media sosial dalam mobilisasi dan penyebaran informasi.45
- Gerakan Lebih Cair dan Ad-hoc: Gerakan sosial cenderung lebih cair, tidak terikat pada struktur organisasi formal yang kaku, dan seringkali bersifat ad-hoc merespons isu-isu tertentu.45 Gerakan Gejayan Memanggil 2019, misalnya, tidak memiliki pemimpin pusat dan mengandalkan konsolidasi terbuka.45
- Peran Influencer dan Buzzer: Mobilisasi dan kontra-mobilisasi dalam gerakan digital juga dipengaruhi oleh peran influencer dan buzzer politik.59
- Tantangan Aktivisme Digital: Meskipun mampu memobilisasi dengan cepat dan luas, aktivisme digital menghadapi tantangan terkait kedalaman analisis isu, keberlanjutan gerakan, dan potensi terjebak dalam "clicktivism" atau partisipasi yang dangkal.50
- Peran Ormek yang Berubah: Organisasi mahasiswa ekstra kampus (Ormek) masih berperan dalam membangun demokrasi deliberatif di kampus dan mengembangkan nalar kritis mahasiswa, namun menghadapi tantangan seperti apatisme mahasiswa dan keterbatasan legalitas di beberapa kampus.27
Tabel berikut merangkum perbedaan utama:
Aspek | Mahasiswa Era Reformasi 1998 | Mahasiswa Kontemporer (Gen Z) |
---|---|---|
Konteks Utama | Krisis multidimensi, rezim otoriter | Era digital, globalisasi, demokrasi pasca-reformasi, ketidakpastian ekonomi |
Sikap Sosial-Politik | Sangat peduli, kritis, terlibat aktif | Cenderung apatis/selektif, tingkat kepercayaan rendah pada institusi politik |
Orientasi Nilai Inti | Idealisme, kolektivisme, nasionalisme, keadilan sosial | Pragmatisme, individualisme, materialisme (sebagian), idealisme selektif |
Bentuk Partisipasi | Demonstrasi massa, organisasi formal, diskusi intensif | Aktivisme digital, gerakan cair/ad-hoc, media sosial, isu spesifik |
Pemicu Gerakan | "Common enemy" yang jelas, krisis nyata | Isu beragam, seringkali dipicu viralitas media sosial, ketidakadilan spesifik |
Struktur Gerakan | Terorganisir (Ormek), kepemimpinan relatif jelas | Kurang terstruktur formal, kepemimpinan tersebar/anonim, jejaring |
Media Utama | Media cetak terbatas, komunikasi langsung | Media sosial, platform digital |
Perbandingan ini menunjukkan bahwa bukan berarti mahasiswa kontemporer tidak peduli sama sekali, melainkan cara mereka mengekspresikan kepedulian dan bentuk partisipasinya telah bertransformasi secara signifikan, sejalan dengan perubahan zaman dan teknologi.
Pembahasan
Analisis terhadap data dan temuan penelitian mengungkapkan dinamika kompleks yang melatarbelakangi kecenderungan apatisme dan pragmatisme pada mahasiswa kontemporer, serta perbedaannya yang signifikan dengan mahasiswa era Reformasi 1998. Pembahasan ini akan mensintesis faktor-faktor tersebut, menganalisis transformasi antar generasi, mengeksplorasi implikasi yang ditimbulkan, serta menyajikan pandangan alternatif terhadap fenomena ini.
Mengapa Mahasiswa Kontemporer Cenderung Apatis dan Pragmatis? Sintesis Faktor-Faktor
Kecenderungan mahasiswa kontemporer untuk bersikap apatis dan pragmatis tidak disebabkan oleh satu faktor tunggal, melainkan merupakan hasil interaksi kompleks dari berbagai tekanan dan pengaruh. Tekanan akademik yang semakin berat, ditambah dengan ketidakpastian ekonomi dan persaingan ketat di pasar kerja, mendorong mahasiswa untuk lebih fokus pada pencapaian individual dan persiapan karir.4 Orientasi ini diperkuat oleh sistem pendidikan yang terkadang lebih menekankan pada perolehan nilai dan keterampilan praktis daripada pengembangan pemikiran kritis dan kesadaran sosial yang mendalam.7
Di sisi lain, disilusi terhadap kondisi sosial-politik juga memainkan peran penting. Persepsi bahwa politik itu kotor, korup, dan tidak membawa perubahan signifikan, ditambah dengan rendahnya kepercayaan terhadap institusi politik formal, membuat banyak mahasiswa enggan terlibat.4 Apatisme dalam konteks ini dapat dilihat sebagai sebuah mekanisme pertahanan diri atau bentuk rasionalisasi dalam menghadapi kompleksitas masalah dan perasaan tidak berdaya untuk mempengaruhi perubahan secara individual.4 Ketika upaya menyuarakan aspirasi dianggap sia-sia atau bahkan berisiko, menarik diri menjadi pilihan yang lebih "aman".
Pengaruh teknologi digital dan media sosial tidak dapat diabaikan. Sementara teknologi membuka akses informasi dan ruang partisipasi baru, ia juga membawa dampak seperti information overload, penyebaran hoaks, polarisasi, dan budaya instan.17 Ketergantungan pada interaksi digital juga berpotensi mengurangi kepekaan sosial dan memperkuat tendensi individualistis.9 Fenomena FOMO (Fear of Missing Out) juga dapat mendorong partisipasi yang dangkal, lebih didorong oleh keinginan untuk tidak ketinggalan tren daripada pemahaman isu yang substantif.10
Pergeseran nilai-nilai budaya ke arah yang lebih individualistis dan materialistis, yang sebagian dipengaruhi oleh globalisasi dan budaya populer, turut membentuk cara pandang mahasiswa.19 Pragmatisme, dalam konteks ini, menjadi strategi adaptasi yang rasional dalam masyarakat yang semakin kompetitif, di mana keberhasilan individu seringkali diukur dari pencapaian materi dan status karir.6 Ekspektasi keluarga dan tekanan sosial untuk mencapai kesuksesan konvensional juga memperkuat orientasi pragmatis ini.103
Namun, penting untuk dicatat bahwa apatisme dan pragmatisme yang terlihat mungkin bukanlah gambaran keseluruhan. Beberapa ahli dan pengamat mengemukakan adanya bentuk keterlibatan baru yang disebut "apatisme strategis" dan "aktivisme terarah".31 Dalam "apatisme strategis", mahasiswa mungkin secara sadar memilih untuk tidak terlibat dalam politik formal yang mereka anggap korup atau tidak efektif, namun mengalihkan energi mereka pada pengembangan diri atau kontribusi sosial di lingkup yang lebih kecil namun konkret. Ini bukan berarti mereka tidak peduli sama sekali, melainkan sebuah pilihan strategis untuk berinvestasi pada diri sendiri atau komunitas terdekat sebagai bentuk kontribusi jangka panjang. Di sisi lain, "aktivisme terarah" menunjukkan bahwa mahasiswa tetap peduli pada isu-isu tertentu, namun memilih bentuk aksi yang lebih terukur, berbasis data, dan fokus pada solusi konkret, seringkali melalui platform digital atau gerakan sosial non-tradisional. Mereka mungkin menghindari konfrontasi langsung yang dianggap berisiko atau kurang produktif, dan lebih memilih membangun narasi alternatif atau melakukan advokasi melalui cara-cara yang lebih kreatif dan aman. Kedua bentuk ini, meskipun tampak berbeda dari aktivisme mahasiswa era 1998, menunjukkan bahwa semangat kritis dan keinginan untuk berkontribusi tidak sepenuhnya padam, melainkan mengalami transformasi bentuk dan strategi sebagai respons terhadap kondisi kontemporer. Ini adalah manifestasi pragmatisme dalam beraktivisme itu sendiri, di mana pilihan cara berjuang disesuaikan dengan persepsi efektivitas dan risiko.
Perbandingan Antar Generasi: Lebih dari Sekadar Perbedaan, Sebuah Transformasi
Membandingkan mahasiswa kontemporer dengan mahasiswa era Reformasi 1998 bukanlah upaya untuk menilai generasi mana yang "lebih baik" atau "lebih buruk". Sebaliknya, perbandingan ini menyoroti bagaimana konteks sosial-politik-teknologi yang fundamental berbeda telah membentuk karakteristik, nilai, dan bentuk partisipasi yang berbeda pula.90 Ini adalah sebuah transformasi, bukan sekadar perbedaan kualitas.
Teori generasi Karl Mannheim membantu menjelaskan hal ini.17 Mahasiswa era 1998 dibentuk oleh pengalaman formatif berupa krisis multidimensi dan represi rezim Orde Baru. Adanya "musuh bersama" yang jelas dan krisis yang dirasakan secara kolektIF melahirkan solidaritas, idealisme, dan militansi yang tinggi. Mereka tidak punya banyak pilihan selain bergerak secara fisik dan terorganisir untuk menuntut perubahan. Keterbatasan akses informasi dan media massa yang terkontrol juga mendorong mereka untuk membangun jaringan komunikasi alternatif dan diskusi-diskusi tatap muka yang intensif, yang pada gilirannya memperkuat ikatan ideologis dan organisasional.
Sebaliknya, mahasiswa kontemporer (Generasi Z) tumbuh dalam era pasca-reformasi dengan lanskap politik yang lebih terbuka namun juga diwarnai kekecewaan terhadap praktik politik yang ada. Tantangan yang mereka hadapi lebih terfragmentasi dan kompleks, tidak selalu ada "musuh bersama" yang tunggal. Yang lebih fundamental adalah mereka hidup dalam revolusi digital. Akses tak terbatas ke informasi melalui internet dan dominasi media sosial telah mengubah cara mereka belajar, berkomunikasi, bersosialisasi, dan berpartisipasi.9
Perubahan struktur peluang politik dan lanskap media ini secara fundamental mengubah cara mahasiswa berpartisipasi dan nilai yang mereka anut. Jika mahasiswa 1998 harus membangun solidaritas fisik dan organisasi yang kuat untuk menyuarakan aspirasi di tengah ruang politik yang tertutup, mahasiswa kini dapat memanfaatkan platform digital untuk ekspresi individual yang lebih mudah dan mobilisasi massa yang cepat, meskipun mungkin kurang terstruktur secara organisasional.15 Kemudahan ini, di satu sisi, memberdayakan individu untuk bersuara. Namun, di sisi lain, dapat mengurangi urgensi untuk terlibat dalam proses kaderisasi dan pendalaman ideologis yang panjang seperti yang lazim terjadi di Ormek pada era sebelumnya. Aktivisme digital, dengan segala kekuatannya dalam memobilisasi dan menyebarkan kesadaran, juga memiliki kelemahan dalam hal keberlanjutan gerakan, pendalaman isu, dan potensi fragmentasi. Nilai kolektivisme yang menjadi ciri khas gerakan 1998 mungkin tergerus oleh budaya digital yang lebih menonjolkan ekspresi individual, meskipun kolaborasi online tetap terjadi.
Implikasi Apatisme dan Pragmatisme Mahasiswa
Kecenderungan apatisme dan pragmatisme di kalangan mahasiswa kontemporer membawa berbagai implikasi signifikan bagi partisipasi politik, kualitas demokrasi, corak gerakan sosial, serta kesiapan mereka dalam menghadapi masa depan dan dunia kerja.
Terhadap partisipasi politik dan kualitas demokrasi, potensi menurunnya keterlibatan mahasiswa dalam politik formal, seperti pemilu atau keanggotaan partai politik, dapat mengurangi representasi suara generasi muda dalam proses pengambilan kebijakan.5 Survei CSIS (2022) menunjukkan meskipun partisipasi pemilih muda dalam pemilu meningkat, keterlibatan mereka dalam organisasi politik formal seperti partai politik masih sangat rendah (1.1%).78 Namun, di sisi lain, muncul bentuk-bentuk partisipasi alternatif melalui aktivisme digital dan keterlibatan dalam isu-isu spesifik yang menarik minat mereka. Jika apatisme terhadap proses politik substantif terus berlanjut, ada kekhawatiran akan lahirnya generasi calon pemimpin masa depan yang cenderung "depolitisasi teknokratis". Artinya, mereka mungkin melihat persoalan bangsa lebih dari kacamata teknis atau manajerial semata, dengan fokus pada efisiensi dan hasil praktis, namun mengabaikan dimensi ideologis, keadilan sosial, dan partisipasi publik yang lebih luas. Pemimpin dengan orientasi seperti ini berpotensi menjadi elitis dan kurang responsif terhadap aspirasi beragam dari masyarakat, sebuah kekhawatiran yang juga tersirat dalam analisis mengenai gerakan mahasiswa yang kehilangan jati diri moralnya karena pragmatisme.97
Dalam konteks gerakan sosial, apatisme dan pragmatisme mendorong pergeseran dari gerakan massa yang berbasis ideologi kuat dan terorganisir secara hierarkis, menuju gerakan yang lebih cair, ad-hoc, dan seringkali berpusat pada isu-isu tunggal atau spesifik.2 Aktivisme digital menjadi tulang punggung, memungkinkan mobilisasi cepat dan penyebaran narasi alternatif, seperti yang terlihat pada gerakan #GejayanMemanggil atau #ReformasiDikorupsi.45 Meskipun efektif dalam meningkatkan kesadaran dan tekanan publik dalam jangka pendek, keberlanjutan dan dampak transformatif jangka panjang dari gerakan semacam ini masih menjadi perdebatan.
Terkait kesiapan menghadapi masa depan dan dunia kerja, orientasi pragmatis yang mendorong mahasiswa untuk fokus pada pengembangan keterampilan praktis dan relevan dengan pasar kerja tentu memiliki sisi positif dalam meningkatkan daya saing individu.14 Namun, jika pragmatisme ini berlebihan hingga mengabaikan pengembangan soft skills penting seperti kemampuan berpikir kritis, etika, komunikasi interpersonal, kepemimpinan, dan tanggung jawab sosial, maka ini bisa menjadi masalah.22 Dunia kerja modern tidak hanya membutuhkan kompetensi teknis, tetapi juga integritas, kemampuan berkolaborasi, dan kepekaan terhadap konteks sosial yang lebih luas. Kepentingan praktis-pragmatis yang berlebihan dapat mengikis idealisme dan peran moral yang krusial untuk membentuk individu yang utuh dan kontributif bagi masyarakat.97
Pandangan Alternatif dan Kompleksitas Fenomena
Penting untuk menghindari generalisasi bahwa semua mahasiswa kontemporer adalah apatis dan pragmatis secara monolitik. Terdapat variasi yang signifikan berdasarkan latar belakang sosial-ekonomi, jurusan studi, tingkat kesadaran individu, paparan informasi, dan lingkungan pergaulan.4 Tidak semua mahasiswa yang fokus pada akademik berarti apatis terhadap isu sosial; beberapa mungkin melihat pencapaian akademik sebagai jalan untuk memberikan kontribusi yang lebih besar di masa depan.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, konsep "apatisme strategis" dan "aktivisme terarah" menawarkan pandangan alternatif bahwa ketidakterlibatan dalam politik formal atau gerakan massa konvensional tidak selalu berarti ketidakpedulian total.31 Mahasiswa mungkin secara rasional memilih untuk tidak terlibat dalam cara-cara yang mereka anggap tidak efektif, berisiko tinggi, atau didominasi oleh kepentingan elite tertentu. Sebaliknya, mereka mungkin tetap kritis dan mencari saluran alternatif untuk menyuarakan aspirasi atau melakukan perubahan, misalnya melalui proyek sosial komunitas, inovasi teknologi untuk kepentingan publik, atau karya kreatif yang menyuarakan isu sosial. Ini bisa disebut sebagai "apatisme rasional" atau "pragmatisme kritis", di mana keputusan untuk terlibat atau tidak didasarkan pada analisis biaya-manfaat dan efektivitas yang dirasakan.122
Dalam konteks ini, peran pendidikan karakter dan penanaman nilai-nilai Pancasila menjadi sangat krusial untuk menangkal dampak negatif dari apatisme dan pragmatisme yang berlebihan, serta memperkuat idealisme dan tanggung jawab sosial di era digital.43 Strategi pembudayaan Pancasila yang relevan dengan Generasi Z, misalnya melalui media sosial dan pelibatan influencer, perlu terus dikembangkan dan diimplementasikan secara efektif oleh berbagai pihak, termasuk institusi pendidikan dan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).53
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa Indonesia kontemporer, yang didominasi oleh Generasi Z, menunjukkan kecenderungan sikap apatis terhadap isu-isu sosial-politik dan pragmatis dalam orientasi kehidupan mereka yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa era Reformasi 1998. Fenomena ini dipengaruhi oleh interaksi kompleks berbagai faktor, meliputi tekanan akademik yang berat, ketidakpastian kondisi ekonomi dan pasar kerja, disilusi terhadap praktik politik dan institusi formal, masifnya penetrasi teknologi digital dan media sosial dengan segala dampaknya, serta pergeseran nilai-nilai budaya ke arah individualisme dan fokus pada pencapaian personal.
Pergeseran ini menandakan sebuah transformasi signifikan dalam karakter dan peran mahasiswa di Indonesia. Aktivisme mahasiswa tidak sepenuhnya mati, melainkan berubah bentuk. Jika mahasiswa era 1998 dikenal dengan idealisme kolektif, mobilisasi massa fisik, dan konfrontasi langsung terhadap rezim otoriter yang didorong oleh krisis multidimensi yang nyata, maka mahasiswa kontemporer cenderung mengekspresikan partisipasinya melalui platform digital, dengan fokus pada isu-isu yang lebih beragam dan terkadang lebih spesifik, serta dengan bentuk gerakan yang lebih cair dan ad-hoc. Munculnya konsep seperti "apatisme strategis" dan "aktivisme terarah" menunjukkan bahwa ketidakterlibatan dalam politik formal tidak selalu identik dengan ketidakpedulian total, melainkan bisa jadi merupakan pilihan sadar untuk mengalokasikan energi pada bentuk kontribusi lain yang dianggap lebih efektif atau relevan.
Apatisme dan pragmatisme mahasiswa kontemporer memiliki implikasi yang luas dan beragam. Di satu sisi, ada potensi menurunnya partisipasi dalam politik formal dan melemahnya fungsi kontrol sosial tradisional yang diemban mahasiswa. Namun, di sisi lain, muncul bentuk-bentuk partisipasi alternatif dan aktivisme digital yang memiliki potensi jangkauan luas dan mobilisasi cepat. Orientasi pragmatis dapat mendorong mahasiswa untuk lebih adaptif dan fokus pada solusi praktis, namun jika berlebihan, dapat mengikis idealisme, etika publik, dan tanggung jawab sosial yang esensial.
Penting untuk memahami fenomena ini secara nuanced, menghindari generalisasi yang menyederhanakan. Tantangan ke depan bagi bangsa Indonesia adalah bagaimana menavigasi transformasi ini secara konstruktif. Diperlukan upaya sinergis dari institusi pendidikan, pemerintah, organisasi kemahasiswaan, dan masyarakat sipil untuk menciptakan ekosistem yang dapat menyeimbangkan tuntutan pragmatis era modern dengan penanaman kembali nilai-nilai idealisme, nalar kritis, integritas, dan komitmen terhadap kepentingan publik yang lebih luas. Membekali mahasiswa dengan literasi digital yang kritis, memperkuat pendidikan karakter dan wawasan kebangsaan yang relevan dengan tantangan zaman, serta membuka ruang partisipasi yang bermakna bagi generasi muda adalah beberapa langkah kunci untuk memastikan bahwa mahasiswa tetap dapat menjalankan peran konstruktifnya sebagai agen perubahan dan calon pemimpin masa depan Indonesia.
Daftar Pustaka
- Al Faza, A., & Lestari, G. (2020). Apatisme Mahasiswa Ilmu Sosial terhadap Kontestasi Politik di Indonesia. 4
- Aritonang, A. I. (n.d.). Media Sosial sebagai Medium Aktivisme Digital (Studi terhadap Akun Instagram @GejayanMemanggil sebagai Medium Aktivisme Digital). KONTEKSTUAL: Jurnal Ilmu Komunikasi. 57
- Arianto, B. (2022). Melacak Gerakan Masyarakat Sipil Melalui Tagar# ReformasiDikorupsi di Twitter. Jurnal Ilmu Komunikasi, 19(1), 51-68. 56
- Arnett, J. J. (2010). Emerging adulthood: The winding road from the late teens through the twenties. Oxford University Press. 105
- Arnadi. (2016). Analisis Faktor Pembentuk Sikap Apatisme Mahasiswa Pada Partai Politik. Universitas Lampung. 35
- Asy'ari, M. R. A. (2022). GERAKAN MAHASISWA DALAM RUANG DIGITAL (Studi Analisis Transformasi Gerakan Sosial Mahasiswa FISIP Universitas Siliwangi dalam Platform Media Sosial Instagram). Universitas Siliwangi. 56
- Azizah Fathiyah Din, & Whisnu Yudiana. (2021). Keterkaitan Persepsi terhadap Ekspektasi Orang Tua dengan Kesulitan dalam Mengambil Keputusan Karier pada Mahasiswa Tingkat Akhir. Jurnal Psikologi Sosial, 05(1), 50-56. 105
- Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). (2021, Mei 3). Generasi Muda Harus Menjadi Agen Perubahan di Era Digital. BPIP. 93
- Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). (2024). Peraturan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Nomor 4 Tahun 2024 tentang Arah Kebijakan Pembinaan Ideologi Pancasila. 95
- Bambang Murdoko. (n.d.). Peningkatan Kesadaran Masyarakat dalam Bermedia Sosial Guna Mempercepat Konsolidasi Demokrasi Indonesia. Lemhannas RI. 116
- Berry, J. W., Poortinga, Y. H., Segall, M. H., & Dasen, P. R. (1992). Cross-cultural psychology: Research and applications. Cambridge University Press. 86
- Bisma, G. G. B. (2017). Peran Organisasi Ekstra Kampus Dalam Membangun Demokrasi Deliberatif Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya. 27
- Bradshaw, S., & Howard, P. N. (2019a). The Global Disinformation Order: 2019 Global Inventory of Organised Social Media Manipulation. University of Oxford. 59
- Bradshaw, S., & Howard, P. N. (2019b). Challenging Truth and Trust: A Global Inventory of Organized Social Media Manipulation. University of Oxford. 59
- Centre for Strategic and International Studies (CSIS). (2022, September 26). Rilis Survei “Pemilih Muda dan Pemilu 2024: Dinamika dan Preferensi Sosial Politik Pascapandemi”. CSIS Indonesia. 76
- Centre for Strategic and International Studies (CSIS). (2022). Laporan Survei Pemilih Muda (17-39 tahun) | Periode Survei 8-13 Agustus 2022. 78
- Centre for Strategic and International Studies (CSIS). (2023). Pemilih Muda Dalam Pemilihan Umum 2024. 79
- Dewantara, R. W., & Widhyharto, D. S. (2015). Aktivisme dan kesukarelawanan dalam media sosial komunitas kaum muda Yogyakarta. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 19(1), 40-52. 56
- Dingli, A., & Seychell, D. (2015). Digital Natives: The Rise of the Millennial Generation. Springer. 16
- Dunia Kampus. (2024, September 5). Mahasiswa Apatis: Ciri-ciri, Penyebab, dan Dampak Buruknya. Duniakampus.id. 5
- Ekowati, E. Y. (2019). Pragmatisme Politik: Antara Koalisi, Pencalonan, Dan Calon Tunggal Dalam Pilkada. Jurnal Transformative, 5(1), 16–37. 25
- Effendi, D., & Fitri, T. A. (n.d.). APATISME POLITIK (Studi Kasus Pada Jama'ah Masjid Al Furqon Way Huwi). Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. 12
- Fithriyatirrizqoh, F., & Zhanaty, N. A. (2024). Mengkaji Keefektifan Gerakan Mahasiswa dalam Mendorong Perubahan Kebijakan Pemerintah Melalui Demonstrasi. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 10(24.2), 491-504. 26
- Hadna, A. H. (n.d.). Gerakan Mahasiswa Sebagai Kelompok Penekan. Fisipol UGM. 77
- Haifarashin, R., Nurhasanah, A., Purnama Nur Indah, A., Syahira Azima, N., & Rostika, D. (2023). Dampak Dari Tekanan Keluarga Dan Kekerasan Orang Tua Terhadap Fokus Belajar Siswa Sekolah Dasar. Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD STKIP Subang, 9(5), 2898-2911. 106
- Haksoro, T. (n.d.). Partisipasi Politik Generasi Muda di Era Digital: Tantangan dan Peluang dalam Menyongsong Pemilu 2024. Lemhannas RI. 23
- Husnawadi. (2021). Pengaruh Budaya K-Pop Terhadap Perilaku Keagamaan Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Repository PTIQ. 126
- Ilmi Mayuni Bumi. (2015, Januari 6). Sebegitu Haruskah Mahasiswa Berpolitik? ITS News. 13
- Jurnal Mediasi. (2023). Apatisme Mahasiswa Ilmu Sosial terhadap Kontestasi Politik di Indonesia dan Implikasinya dalam Pemilu 2024. Jurnal Mediasi, 2(2). 4
- Kamil, I. (2023, November 7). Milenial dan Generasi Z Memiliki Sikap Keterbukaan yang Tinggi. Kompas.id. 70
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (n.d.). Pengaruh Budaya Populer terhadap Nilai-nilai Pendidikan. MTsN 8 Sleman Blog. 21
- Khafidhoh, N. L. (2014). Pragmatisasi Pendidikan dalam Dunia Kerja. Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam, 8(1), 115-134. 22
- Kriyantono, R. (2015). Buku Ajar Metode Penelitian Komunikasi Kuantitatif dengan Perspektif Kualitatif. Universitas Trunojoyo Madura. 28
- Kurniawan, Y. (2024). Peran Media Sosial Dalam Penyebaran Dan Pembudayaan Nilai-Nilai Pancasila Serta Pendidikan Kewarganegaraan Di Kalangan Generasi Z. Jurnal Kewarganegaraan dan Pembangunan Masyarakat (JKEMAS). 53
- Liana, L., Ramadhan, R., & Mediansyah, R. (2024). Pengaruh Budaya Populer Terhadap Mahasiswa Universitas Pamulang. Prosiding Seminar Nasional Manajemen, 4(1), 904–909. 101
- Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). (n.d.). Website LP3ES. 80
- Lembaga Survei Indonesia (LSI). (2021). Tingkat Identifikasi Partai Politik. Dikutip dalam Naskah Akademik RUU tentang Perubahan atas UU No. 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. 68
- Liston Sirait, A. M. (n.d.). Demokratisasi di Indonesia: Tantangan dan Harapan. Lemhannas RI. 58
- Lusie Putri, M. F. J., Mumung, K. E., & Sulistiawati, D. (2024). Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Upaya Membangun Karakter Kebangsaan di Era Globalisasi. Academy of Social Science and Global Citizenship Journal, 4(2), 73–79. 43
- Malik, A. (2017). Demokrasi dan Gerakan Sosial: Bagaimana Gerakan Mahasiswa terhadap Dinamika Perubahan Sosial. 51
- Mannheim, K. (1952). The Problem of Generations. In P. Kecskemeti (Ed.), Essays on the Sociology of Knowledge. Routledge & Kegan Paul. 17
- Maulana, A. Z. (2022). Pengaruh Perilaku Politik dalam Kehidupan Berorganisasi Mahasiswa. De Cive: Jurnal Penelitian Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 2(3), 120-134. 36
- Mihit, Y. (2022). Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan Di Era Digital. Journal of Educational and Cultural Studies, 3(2), 358-365. 110
- Minderop, A. (2015). Meninjau Ulang Pragmatisme Dewasa Ini. Repository UKWMS. 6
- Muliono, M., & Nasuhaidi, N. (2024). Gerakan Sosial Anak Muda dalam Proses Demokrasi Elektoral 2024: Studi Gerakan Protes atas Politik Dinasti. Jurnal Pemerintahan Dan Politik, 9(4), 307–313. 52
- Nisrina, D., Widodo, I. A., Larassari, I. B., & Rahmaji, F. (2020). Dampak Konsumerisme Budaya Korea (Kpop) di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang. Jurnal Penelitian Humaniora, 21(1), 79-89. 42
- Nugraha, K. A. (2023). Pengaruh Media Sosial, Budaya Instan, dan Kecanduan Internet Terhadap Minat Baca Buku Mahasiswa Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Mataram Angkatan 2019-2021 (Skripsi). UIN Mataram. 39
- Nurjaman, A. (n.d.). Analisis Politik Dan Pemerintahan Indonesia. UMM Press. 97
- Nurjanah, S., & Dewi, K. (2024). Pentingnya Karakter Untuk Pembelajaran Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Di Era Digital. POPULER: Jurnal Penelitian Mahasiswa, 2(1), 193-202. 44
- Pakpahan, A. F., et al. (2024). Pengaruh FoMO (Fear of Missing Out) dalam Perspektif Gen Z terhadap Pesta Demokrasi 2024. Pendekar: Jurnal Pendidikan Berkarakter, 2(1), 168–174. 10
- Pertama, N. P., Pertama, P., & Ketiga, P. (2024). Peran Organisasi Ekstra Kampus Dalam Membangun Demokrasi Deliberatif Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya. Dialektika Pendidikan IPS, 4(3), 47-55. 27
- Prasetyo, B. (2015). Indonesian-idf. ResearchGate. 127
- Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (PMB) LIPI/BRIN. (n.d.). Website PMB BRIN. 63
- Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK). (n.d.). 2 Tahun #Reformasidikorupsi dan Keruhnya Ekosistem Hukum Indonesia. PSHK. 92
- Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM. (n.d.). Website PSKK UGM. 74
- Putri, D. A. H. (2018). Sikap Apatis Mahasiswa Terhadap Kebersihan Lingkungan Kampus (Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya). UIN Sunan Ampel Surabaya. 117
- Putri, M. F. J. L., Mumung, K. E., & Sulistiawatic, D. (2024). Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Upaya Membangun Karakter Kebangsaan di Era Globalisasi. Academy of Social Science and Global Citizenship Journal, 4(2), 73–79. 43
- Rabiatun, R., Sari, D. P., & Ulfa, M. (2023). Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial Aplikasi TikTok terhadap Sikap Apatis pada Remaja. Indonesian Health Scientific Journal, 2(4), 1-8. 100
- Rahayu, S. (2017). Pendidikan Karakter: Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Pembelajaran. 110
- Rahman, A., & Sarwono, S. W. (2016). Pengaruh Konflik Sosial Terhadap Perkembangan Sosial Remaja di Desa Mamala dan Desa Morella Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Al-Irsyad, 6(2). 37
- Rifa'i, B., et al. (2021). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Apatis Generasi Muda terhadap Politik Uang dalam Pemilihan Umum. Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran (JRPP), 7(3), 8451-8460. 96
- Riset BRIN dan Populix. (2023). Sikap Keterbukaan Milenial dan Generasi Z. Dikutip dalam Kompas.id. 70
- Rochmat, S., & Syarifudin, A. (2024). Pengaruh Globalisasi Terhadap Gaya Hidup Individualisme Masyarakat Modern. SOSIETAS: Jurnal Pendidikan Sosiologi, 14(2). 46
- Rusmiwari, S., et al. (2014). Peran Mahasiswa sebagai Agen Perubahan. 4
- Sarlito Wirawan Sarwono. (2006). Psikologi Prasangka Orang Indonesia. Raja Grafindo Persada. 128
- Sarlito Wirawan Sarwono. (n.d.). Arah Gerakan Mahasiswa Pasca Orde Baru. Yusdi.id. 129
- Sarwono, S. W. (n.d.). Juvenile Delinquency: Telaah Komparatif Perspektif Pendidikan Islam. 130
- Seprina. (n.d.). Teori Generasi Karl Mannheim dan Karakteristik Generasi Z. IAKN Toraja Repository. 17
- Setiawan, A., et al. (2023). Political Participation, Civic Education, and Social Media on Generation Z's Political Engagement. The Eastasouth Journal of Social Science and Humanities (ESSSH), 2(02), 161-170. 15
- Shofa, F., & Safitri, R. A. N. (2022). Pemikiran Pragmatisme-Konstruktivisme John Dewey dan Implikasinya dalam Pembelajaran. Heutagogia: Journal of Islamic Education, 1(2), 48-58. 7
- Sinaga, E., Apriani, K. D., Mirah, A. A. S., & Mertha, M. J. (2022). Pergeseran Orientasi Politik Mantan Aktivis Pro-demokrasi di Bali: Dari Idealis ke Pragmatis. Jurnal Transformative, 8(1), 81-98. 25
- SMERU Research Institute. (n.d.). Website SMERU. 73
- Sofyana, L., & Ulfa, M. (2015). Pragmatisme Mahasiswa. Bung Hatta University News. 118
- Suaidah, R. (2025, Mei 9). Mahasiswa dan Politik, Menjadi Apatis atau Aktivis. Suara USU. 31
- Sudijono, A. (2008). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 29
- Suharko. (2023). Gerakan Mahasiswa di Bawah Bayang-Bayang Hegemoni Negara. Jurnal Politik dan Sosial (JPS) UGM, 10(2). 131
- Sukma, A. R., & Apriati, Y. (n.d.). Strategi Adaptasi Mahasiswa Bekerja (Studi Atas Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP ULM). Semantic Scholar. 14
- Sulistyorini, S., et al. (2024). Pengaruh Pendidikan Pancasila Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik di Sekolah Dasar. JUBPI: Jurnal Universal Budi Pekerti Indonesia, 2(3), 210-217. 88
- Supriyanto, S. (2022). Gerakan Mahasiswa dalam Upaya Kejatuhan Pemerintah Soeharto 1998. Jurnal Impresi Indonesia (JII), 1(2), 66–74. 3
- Suryadi, A. (2024, Februari 9). Pengaruh Budaya Populer terhadap Nilai-nilai Pendidikan. MTsN 8 Sleman Blog. 21
- Sutisna, A., et al. (2022). Urgensi Pendidikan Pancasila Sejak Dini Bagi Generasi Z. Citizenship Virtues: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 2(2), 327-336. 54
- Syavira Anindita, & Rina Susanti. (2023). Perilaku Apatis Dalam Berorganisasi Pada Mahasiswa Fisip Universitas Riau. NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 10(4). 35
- Thomson, S., & Barton, M. (1994). Ecocentric and anthropocentric attitudes toward the environment. Journal of Environmental Psychology, 14(2), 149-157. 1
- Tilaar, H.A.R. (2004). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta. 107
- Tri Haksoro. (n.d.). Partisipasi Politik Generasi Muda di Era Digital: Tantangan dan Peluang dalam Menyongsong Pemilu 2024. Lemhannas RI. 23
- Universitas Airlangga News. (2024, April 23). Apatisme dan Peran Perkembangan Teknologi Media Sosial. Unair.ac.id. 9
- Wadjdi, F., & Al-Jawawi, S. (n.d.). Apatisme dan Hedonisme Mahasiswa. 1
- Warsilah, H. (2020). Pembangunan Inklusif di Kota Pesisir Luar Jawa dan Kearifan Lokal. Kanisius. 63
- Wibowo, A. S., & Hidayat, R. (2024). Perilaku Politik Mahasiswa dan Generasi Muda. Future Academia, 2(4), 761-782. 10
- Widodo, P., et al. (2023). Persepsi mahasiswa sebagai pemilih pemula terhadap normalisasi politik uang dalam pemilihan umum. Integritas: Jurnal Antikorupsi KPK, 9(1), 17-32. 33
- Winataputra, U. S. (2001). Jati Diri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi. Disertasi. Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. 47
- Yuliansyah, A., et al. (2023). Tinjauan Peran Pendidikan Politik Dalam Kehidupan Demokrasi Generasi Z. Jurnal Kewarganegaraan, 7(2). 48
- Zarra, E. J. (2017). Membantu Orang Tua Memahami Pikiran Dan Hati Generasi Z. Rowman & Littlefield. 17
- Zuhro, R. S. (2019). Demokrasi, Otonomi Daerah dan Pembangunan. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 25
- Zulma, N. E., et al. (2024). Dampak Harapan Orang Tua yang Tidak Realistis terhadap Akademik Remaja: Kajian Sistematik. Prosiding Jurnalistik, 4(1), 10-20. 104
- Zuraida, Z. (2023). Strategi Buzzer dalam Pengembangan Opini Publik. 59
Works cited
- Makalah Apatisme | PDF - Scribd, accessed May 9, 2025, https://ro.scribd.com/document/421967294/Makalah-Apatisme
- Peran Mahasiswa PPKN FIS Universitas Negeri Medan Dalam Menghadapi Tantangan Politik 2024, Studi Kasus: Praktek Money - Jurnal, accessed May 9, 2025, https://journal-stiayappimakassar.ac.id/index.php/Eksekusi/article/download/728/756/2012
- (PDF) Gerakan Mahasiswa dalam Upaya Kejatuhan Pemerintah ..., accessed May 9, 2025, https://www.researchgate.net/publication/361952577_Gerakan_Mahasiswa_dalam_Upaya_Kejatuhan_Pemerintah_Soeharto_1998
- JURNAL MEDIASI - jurnalilmiah.org, accessed May 9, 2025, https://jurnalilmiah.org/journal/index.php/mediasi/article/download/526/352/1163
- Mahasiswa Apatis: Ciri-Ciri, Dampak & Cara Mengatasi ..., accessed May 9, 2025, https://www.duniakampus.id/mahasiswa-apatis/
- Meninjau Ulang dan Menyikapi Pragmatisme Dewasa Ini - Widya Mandala Surabaya Catholic University Repository, accessed May 9, 2025, https://repository.ukwms.ac.id/id/eprint/11113/1/Meninjau%20Ulang%20Pragmatisme%20Dewasa%20Ini.pdf
- Pemikiran Pragmatisme-Konstruktivisme John Dewey sebagai Metode Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah - E-Journal UIN SUKA, accessed May 9, 2025, https://ejournal.uin-suka.ac.id/tarbiyah/HJIE/article/download/5032/2398/17183
- 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerakan mahasiswa merupakan bagian dalam gerakan sosial, muncul karena adanya motivas, accessed May 9, 2025, http://digilib.unila.ac.id/19331/1/BAB%201-V.pdf
- Apatisme dan Peran Perkembangan Teknologi Media Sosial, accessed May 9, 2025, https://unair.ac.id/apatisme-dan-peran-perkembangan-teknologi-media-sosial/
- (PDF) Perilaku Politik Mahasiswa dan Generasi Muda - ResearchGate, accessed May 9, 2025, https://www.researchgate.net/publication/386738638_Perilaku_Politik_Mahasiswa_dan_Generasi_Muda
- Respon Gen Z di Media Sosial Instagram terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi terkait dengan Persyaratan Capres/Cawapres mengenai - Universitas Diponegoro, accessed May 9, 2025, https://eprints2.undip.ac.id/28482/4/BAB%202.pdf
- APATISME POLITIK (Studi Kasus Pada Jama'ah Masjid Al Furqon Way Huwi) Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syara - Raden Intan Repository, accessed May 9, 2025, https://repository.radenintan.ac.id/2935/1/APATISME_POLITIK_muh._lutfi_khafadho_1231040154.pdf
- Sebegitu Haruskah Mahasiswa Berpolitik? - ITS News, accessed May 9, 2025, https://www.its.ac.id/news/2015/01/06/sebegitu-haruskah-mahasiswa-berpolitik/
- Strategi Adaptasi Mahasiswa Bekerja (Studi Atas Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP ULM) - Semantic Scholar, accessed May 9, 2025, https://pdfs.semanticscholar.org/f014/9c8b397288a73f5d7df9ecbfca4be735dd97.pdf
- esj.eastasouth-institute.com, accessed May 9, 2025, https://esj.eastasouth-institute.com/index.php/esssh/article/download/455/372/3476
- Dinamika psikologis dan harapan mahasiswa sebagai generasi digital - Database Journal IICET, accessed May 9, 2025, https://jurnal.iicet.org/index.php/jppi/article/viewFile/2084/1519
- digilib-iakntoraja.ac.id, accessed May 9, 2025, http://digilib-iakntoraja.ac.id/1162/4/seprina_bab_2.pdf
- Generasi Millenial - Repository IAIN Kediri, accessed May 9, 2025, https://repository.iainkediri.ac.id/682/1/GENERASI%20MILENIAL_moh%20arif.pdf
- repository.iainkediri.ac.id, accessed May 9, 2025, https://repository.iainkediri.ac.id/681/1/Individualisme%20Global%20di%20Indonesia.pdf
- DEGRADASI IDENTITIAS NASIONAL: MUNCULNYA INDIVIDUALISME DIKALANGAN GENERASI Z DEGRADATION OF NATIONAL IDENTITY, accessed May 9, 2025, https://jicnusantara.com/index.php/jiic/article/download/1359/1493/7003
- Pengaruh Budaya Populer terhadap Nilai-nilai Pendidikan – MTs ..., accessed May 9, 2025, https://mtsn8sleman.sch.id/blog/pengaruh-budaya-populer-terhadap-nilai-nilai-pendidikan/
- journal.walisongo.ac.id, accessed May 9, 2025, https://journal.walisongo.ac.id/index.php/Nadwa/article/download/575/522
- lib.lemhannas.go.id, accessed May 9, 2025, http://lib.lemhannas.go.id/public/media/catalog/0010-092400000000101/swf/7866/87%20-%20Tri%20Haksoro.pdf
- Gerakan Mahasiswa Dalam Pusaran Tiga Orde Kekuasaan: Antara Gerakan Moralis Atau Gerakan Politis - eJournal Warmadewa, accessed May 9, 2025, https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/politicos/article/download/5256/3840/29152
- Pergeseran Orientasi Politik Mantan Aktivis Pro-demokrasi di Bali ..., accessed May 9, 2025, https://transformative.ub.ac.id/index.php/jtr/article/view/254/211
- jurnal.peneliti.net, accessed May 9, 2025, https://jurnal.peneliti.net/index.php/JIWP/article/download/9493/7622/
- ejournal.unesa.ac.id, accessed May 9, 2025, https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/PENIPS/article/download/62152/48499
- METODE PENELITIAN STUDI KASUS - Konsep, Teori Pendekatan Psikologi Komunikasi, dan Contoh Penelitiannya, accessed May 9, 2025, https://komunikasi.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/BUKU-AJAR-METPEN.pdf
- KAJIAN TINJAUAN LITERATUR DALAM PENELITIAN SOSIAL LITERATURE REVIEW IN SOCIAL RESEARCH - E-Jurnal Universitas Swadaya Gunung Jati, accessed May 9, 2025, https://ejournalugj.com/index.php/Signal/article/download/9507/4239/25356
- Apatisme Mahasiswa Ilmu Sosial terhadap Kontestasi Politik di Indonesia dan Implikasinya dalam Pemilu 2024 | Jurnal Mediasi - jurnalilmiah.org, accessed May 9, 2025, https://jurnalilmiah.org/journal/index.php/mediasi/article/view/526
- Mahasiswa dan Politik, Menjadi Apatis atau Aktivis - SUARA USU, accessed May 9, 2025, https://suarausu.or.id/mahasiswa-dan-politik-menjadi-apatis-atau-aktivis/
- TANTANGAN KUALITAS PRAKTIK DEMOKRASI PROSEDURAL DI NEGARA BERKEMBANG: PARTISIPASI POLITIK DAN PERILAKU PEMILIH Yulita Nilam F - Universitas Wahid Hasyim, accessed May 9, 2025, https://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/SENASPOLHI/article/download/9545/4854/22982
- Persepsi mahasiswa sebagai pemilih pemula terhadap normalisasi politik uang dalam pemilihan umum - Integritas: Jurnal Antikorupsi, accessed May 9, 2025, https://jurnal.kpk.go.id/index.php/integritas/article/download/981/209/3607
- GERAKAN MAHASISWA - Universitas Hamzanwadi, accessed May 9, 2025, https://eprints.hamzanwadi.ac.id/5144/1/Buku%20Gerakan%20Mahasiswa.pdf
- PERILAKU APATIS DALAM BERORGANISASI PADA MAHASISWA FISIP UNIVERSITAS RIAU | Anindita | NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, accessed May 9, 2025, http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara/article/view/17641
- Pengaruh Pendidikan Dalam Menentukan Pilihan Politik pada Pemilihan Umum Presiden 2024 di Universitas Pendidikan Indonesia - Journal UPY, accessed May 9, 2025, https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/download/6398/3828/19556
- jurnal.iainambon.ac.id, accessed May 9, 2025, https://jurnal.iainambon.ac.id/index.php/FT/article/download/347/279
- Dampak Tiktok Terhadap Penurunan Etika Generasi Muda, accessed May 9, 2025, https://prin.or.id/index.php/cendikia/article/download/2877/2618/8681
- etheses.uinmataram.ac.id, accessed May 9, 2025, https://etheses.uinmataram.ac.id/6571/1/KERHA%20AJI%20NUGRAHA%20%28190602130%29.pdf
- jurnal.ar-raniry.ac.id, accessed May 9, 2025, https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/substantia/article/download/2882/2109
- ifrelresearch.org, accessed May 9, 2025, https://ifrelresearch.org/index.php/garuda-widyakarya/article/download/3921/4076/16269
- journals.ums.ac.id, accessed May 9, 2025, https://journals.ums.ac.id/humaniora/article/download/8085/5238
- jurnal.ucy.ac.id, accessed May 9, 2025, https://jurnal.ucy.ac.id/index.php/AoSSaGCJ/article/download/2717/2646/12370
- journal.unimar-amni.ac.id, accessed May 9, 2025, https://journal.unimar-amni.ac.id/index.php/Populer/article/download/614/520
- (PDF) GERAKAN SOSIAL BARU INDONESIA: STUDI GERAKAN ..., accessed May 9, 2025, https://www.researchgate.net/publication/357772240_GERAKAN_SOSIAL_BARU_INDONESIA_STUDI_GERAKAN_GEJAYAN_MEMANGGIL_2019
- Pengaruh Globalisasi Terhadap Gaya Hidup Individualisme ..., accessed May 9, 2025, https://ejournal.upi.edu/index.php/sosietas/article/view/70149
- PENDIDIKAN PANCASILA - Universitas Gadjah Mada, accessed May 9, 2025, https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/mkwu/8-PendidikanPancasila.pdf
- journal.upy.ac.id, accessed May 9, 2025, https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/download/7146/4214/23005
- Political Participation, Civic Education, and Social Media on Generation Z's Political Engagement | The Eastasouth Journal of Social Science and Humanities, accessed May 9, 2025, https://esj.eastasouth-institute.com/index.php/esssh/article/view/455
- Political Participation, Civic Education, and Social Media on Generation Z's Political Engagement - ResearchGate, accessed May 9, 2025, https://www.researchgate.net/publication/389718829_Political_Participation_Civic_Education_and_Social_Media_on_Generation_Z's_Political_Engagement
- (PDF) DEMOKRASI DAN GERAKAN SOSIAL (BAGAIMANA GERAKAN MAHASISWA TERHADAP DINAMIKA PERUBAHAN SOSIAL) - ResearchGate, accessed May 9, 2025, https://www.researchgate.net/publication/316211532_DEMOKRASI_DAN_GERAKAN_SOSIAL_BAGAIMANA_GERAKAN_MAHASISWA_TERHADAP_DINAMIKA_PERUBAHAN_SOSIAL
- ejournal.uigm.ac.id, accessed May 9, 2025, https://ejournal.uigm.ac.id/index.php/PDP/article/download/4362/2308/13961
- ojsid.my.id, accessed May 9, 2025, https://ojsid.my.id/index.php/JKEPMAS/article/download/116/66/762
- jurnal.stkipkusumanegara.ac.id, accessed May 9, 2025, https://jurnal.stkipkusumanegara.ac.id/index.php/citizenshipvirtues/article/download/1518/1023/6106
- ejurnal.iainpare.ac.id, accessed May 9, 2025, https://ejurnal.iainpare.ac.id/index.php/komunida/article/download/1924/894/
- PERAN RUANG DIGITAL SEBAGAI TRANSFORMASI GERAKAN ..., accessed May 9, 2025, https://jurnal.uns.ac.id/jas/article/view/68981
- Media Sosial sebagai Medium Aktivisme Digital (Studi terhadap ..., accessed May 9, 2025, https://jurnal.ubl.ac.id/index.php/kontekstual/article/view/3465
- membangun etika politik di kalangan generasi muda guna mendukung pengembangan demokrasi pancasila, accessed May 9, 2025, http://lib.lemhannas.go.id/public/media/catalog/0010-092400000000015/swf/7790/01%20-%20A%20M%20LISTON%20SIRAIT.pdf
- Literature Review: Buzzer Politik dan Pengembangan Opini di Media Sosial di Indonesia - Template NeoRespublica - UHO, accessed May 9, 2025, https://neorespublica.uho.ac.id/index.php/journal/article/download/231/99/1034
- Pengaruh Strategi Buzzer Dalam Amplifikasi Pesan Kepada Publik Pada Lingkungan Demokrasi Politik | POLITEIA, accessed May 9, 2025, https://talenta.usu.ac.id/politeia/article/download/8724/5742/38933
- MODUL PANCASILA - Muchamad Ali Safa'at - Universitas Brawijaya, accessed May 9, 2025, http://safaat.lecture.ub.ac.id/files/2017/02/MODUL-PENDIDIKAN-PANCASILA.pdf
- Bela Negara Untuk Mahasiswa - Dewan Pertahanan Nasional, accessed May 9, 2025, https://www.wantannas.go.id/storage/bela-negara/draft-buku-belneg-untuk-mahasiswa-2.pdf
- Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, accessed May 9, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_Penelitian_Masyarakat_dan_Budaya
- Dari Langit Kumpulan Esai tentang Manusia, Masyarakat, dan Kekuasaan, accessed May 9, 2025, https://sudimara-tabanan.desa.id/desa/upload/media/upload%20buku%209092022/Dari%20Langit_%20Kumpulan%20Esai%20tentang%20Manusia,%20Masyarakat,%20dan%20Kekuasaan.pdf
- pengantar sosiologi - untuk mahasiswa tingkat dasar - Repository UMJ - Universitas Muhammadiyah Jakarta, accessed May 9, 2025, https://repository.umj.ac.id/6726/1/Pengantar%20Sosiologi%20untuk%20Mahasiswa%20tingkat%20Dasar.pdf
- Dinamika Keluarga & Komunitas dalam Menyambut Society 5.0. - Undip PAK Repository - Universitas Diponegoro, accessed May 9, 2025, https://doc-pak.undip.ac.id/9690/1/Book%20Chapter_Dinamika%20Keluarga%20_%20Komunitas%20dalam%20Menyambut%20Society%205.0.pdf
- PARTISIPASI POLITIK - Pola Perilaku Pemilih Pemilu Masa Orde Baru dan Reformasi - JDIH KPU, accessed May 9, 2025, https://jdih.kpu.go.id/data-kabko/bangkaselatan/data_monografi/24.%20Partisipasi%20Politik%20Pola%20Perilaku%20Pemilih%20Pemilu%20Masa%20Orde%20Baru%20dan%20Reformasi.pdf
- mhn.bphn.go.id, accessed May 9, 2025, https://mhn.bphn.go.id/index.php/MHN/article/download/374/119/
- Kampanye Pemilu 2024: Akad Suci di Pelaminan Lancung, accessed May 9, 2025, https://inilahjateng.com/kampanye-pemilu-2024-akad-suci-di-pelaminan-lancung/
- Milenial dan Generasi Z Memiliki Sikap Keterbukaan yang Tinggi - Kompas.id, accessed May 9, 2025, https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/11/07/milenial-dan-generasi-z-memiliki-sikap-keterbukaan-yang-tinggi
- KUMPULAN POLICY BRIEF UNIVERSITAS INDONESIA UNTUK PRESIDENSI G20 INDONESIA 2022, accessed May 9, 2025, https://research.ui.ac.id/RI/wp-content/uploads/2023/02/Materi_Kumpulan-Policy-Brief-Universitas-Indonesia-untuk-Presidensi-G20-Indonesia-2022-.pdf
- Riset Kebijakan Pendidikan Anak di Indonesia - The SMERU Research Institute, accessed May 9, 2025, https://www.smeru.or.id/sites/default/files/publication/pendidikananak.pdf
- The SMERU Research Institute, accessed May 9, 2025, https://smeru.or.id/
- Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan – Universitas Gadjah Mada, accessed May 9, 2025, https://cpps.ugm.ac.id/
- PSKK UGM, Pencetus Riset Kependudukan di Era 1970-an - Majalah Kagama Online, accessed May 9, 2025, https://kagama.co/2021/09/18/pskk-ugm-pencetus-riset-kependudukan-di-era-1970-an/
- Rilis Survei “Pemilih Muda dan Pemilu 2024: Dinamika dan ..., accessed May 9, 2025, https://www.csis.or.id/event/rilis-survei-pemilih-muda-dan-pemilu-2024-dinamika-dan-preferensi-sosial-politik-pascapandemi/
- GERAKAN MAHASISWA SEBAGAI KELOMPOK PENEKAN | PolGov UGM, accessed May 9, 2025, https://polgov.fisipol.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1667/2022/02/gerakan-mahasiswa-sebagai-kelompok-penekan.pdf
- s3-csis-web.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com, accessed May 9, 2025, https://s3-csis-web.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com/doc/Final_Rilis_Survei_CSIS_26_September_2022.pdf?download=1
- s3-csis-web.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com, accessed May 9, 2025, https://s3-csis-web.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com/doc/Pemilih_Muda_Dalam_Pemilihan_Umum_2024.pdf?download=1
- LP3ES - Jakarta, accessed May 9, 2025, https://www.lp3es.or.id/
- melawan otoritarianisme kapital, accessed May 9, 2025, https://pr2media.or.id/wp-content/uploads/2021/07/MELAWAN-OTORITARIANISME-KAPITAL.pdf
- Interaksi Bisnis Dan Politik Di Indonesia: Analisis Permasalahan Dan Dampaknya Terhadap Kebijakan Publik, accessed May 9, 2025, https://journal.appihi.or.id/index.php/Aktivisme/article/download/317/459/1735
- MOTIF PENGGUNAAN SECOND ACCOUNT INSTAGRAM DI KALANGAN GENERASI Z (STUDI KASUS MAHASISWI JURUSAN ILMU KOMUNIKASI UIN SUSKA RIAU), accessed May 9, 2025, http://repository.uin-suska.ac.id/60785/1/GABUNGAN%20KECUALI%20BAB%20V.pdf
- transformasi sosial qur'anik dalam tafsir al-azhar disertasi - repository ptiq, accessed May 9, 2025, https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/64/1/2019-Ach.%20Jamiluddin-2016.pdf
- PENGUATAN KOMITMEN AKADEMIK DALAM MEMPERKOKOH JATIDIRI PKn, accessed May 9, 2025, https://repository.bbg.ac.id/bitstream/443/1/PKN-2015.pdf
- Gambaran Perbandingan Nilai Individualisme-Kolektivisme Remaja ..., accessed May 9, 2025, https://lib.ui.ac.id/detail.jsp?id=20300812
- IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN IPS TERPADU SEKOLAH DASAR SKR - Repository Unja, accessed May 9, 2025, https://repository.unja.ac.id/65002/1/SKRIPSI_RIZKY_A1D117054%20%281%29.pdf
- Pengaruh Pendidikan Pancasila Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik di Sekolah Dasar - Jurnal, accessed May 9, 2025, https://ejurnal.stie-trianandra.ac.id/index.php/JUBPI/article/download/3099/2448/
- digilib.uinsa.ac.id, accessed May 9, 2025, http://digilib.uinsa.ac.id/61965/2/Auditya%20Savirliana%20Lataisi_I93219070_OK.pdf
- Kenapa mahasiswa sekarang tidak seperti tahun 1998 dahulu ..., accessed May 9, 2025, https://id.quora.com/Kenapa-mahasiswa-sekarang-tidak-seperti-tahun-1998-dahulu
- Pragmatisme vs Idealisme: Dampak Pergeseran Peran Mahasiswa ..., accessed May 9, 2025, https://news.ahmaddahlan.ac.id/2024/09/pragmatisme-vs-idealisme-dampak.html
- 2 Tahun #Reformasidikorupsi dan Keruhnya Ekosistem Hukum ..., accessed May 9, 2025, https://pshk.or.id/publikasi/riset/2-tahun-reformasidikorupsi-dan-keruhnya-ekosistem-hukum-indonesia/
- Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP ... - Berita - BPIP, accessed May 9, 2025, https://bpip.go.id/berita/generasi-muda-harus-menjadi-agen-perubahan-di-era-digital
- journal.upy.ac.id, accessed May 9, 2025, https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/download/5365/3192/14871
- peraturan.bpk.go.id, accessed May 9, 2025, https://peraturan.bpk.go.id/Download/345539/peraturan-bpip-no-4-tahun-2024.pdf
- journal.universitaspahlawan.ac.id, accessed May 9, 2025, https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jrpp/article/download/30317/20513/100308
- eprints.umm.ac.id, accessed May 9, 2025, https://eprints.umm.ac.id/8286/1/Nurjaman%20-%20Analisis%20Politik%20Dan%20Pemerintahan%20Indonesia.pdf
- sejurnal.com, accessed May 9, 2025, https://sejurnal.com/pub/index.php/jkii/article/download/2609/3349/7364
- Perilaku Politik Mahasiswa dan Generasi Muda - Journal of Sagita Akademia Maju, accessed May 9, 2025, https://ejournal.sagita.or.id/index.php/future/article/download/254/206/965
- jurnal.unar.ac.id, accessed May 9, 2025, https://jurnal.unar.ac.id/index.php/health/article/download/1053/728
- Pengaruh Budaya Populer Terhadap Mahasiswa Universitas Pamulang, accessed May 9, 2025, https://openjournal.unpam.ac.id/index.php/PSM/article/view/46116
- DAMPAK KONSUMERISME BUDAYA KOREA (KPOP) DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG | Nisrina | Jurnal Penelitian Humaniora - Journals UMS, accessed May 9, 2025, https://journals.ums.ac.id/humaniora/article/view/8085
- e-journal.nalanda.ac.id, accessed May 9, 2025, https://e-journal.nalanda.ac.id/index.php/jkpu/article/download/1503/1502/6218
- journal.pubmedia.id, accessed May 9, 2025, https://journal.pubmedia.id/index.php/pjp/article/download/2750/2782
- keterkaitan persepsi terhadap ekspektasi orang tua dengan ..., accessed May 9, 2025, https://jurnal.unpad.ac.id/jpsp/article/download/26601/15367
- DAMPAK DARI TEKANAN KELUARGA DAN KEKERASAN ORANG TUA TERHADAP FOKUS BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR | Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD STKIP Subang, accessed May 9, 2025, https://journal.stkipsubang.ac.id/index.php/didaktik/article/view/2261
- Kebijakan Pendidikan - LMS-SPADA INDONESIA, accessed May 9, 2025, https://lmsspada.kemdiktisaintek.go.id/mod/resource/view.php?id=148317
- Pengembangan Potensi Diri Generasi Muda di Indonesia dengan Cipta, Rasa, dan Karsa, accessed May 9, 2025, https://ifrelresearch.org/index.php/jipsoshum-widyakarya/article/download/4664/4818/20234
- ojs.cahayamandalika.com, accessed May 9, 2025, https://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jml/article/download/3794/3258/
- Dinamika dan Tantangan dalam Pendidikan Pancasila di Era Globalisasi: Tinjauan Literatur - litnuspublisher.com, accessed May 9, 2025, https://jurnal.litnuspublisher.com/index.php/jecs/article/download/141/148/301
- (PDF) Strategi aktivisme digital di Indonesia: aksesibilitas, visibilitas, popularitas dan ekosistem aktivisme - ResearchGate, accessed May 9, 2025, https://www.researchgate.net/publication/368136311_Strategi_aktivisme_digital_di_Indonesia_aksesibilitas_visibilitas_popularitas_dan_ekosistem_aktivisme
- Apa pengaruh organisasi ekstra kampus seperti PMII, HMI, IMM dll. bagi mahasiswa?, accessed May 9, 2025, https://id.quora.com/Apa-pengaruh-organisasi-ekstra-kampus-seperti-PMII-HMI-IMM-dll-bagi-mahasiswa
- Penggunaan Media Sosial Sebagai Sarana Gerakan Sosial (Wahyudi) (Z-Library), accessed May 9, 2025, https://fliphtml5.com/aludp/lcqr/Penggunaan_Media_Sosial_Sebagai_Sarana_Gerakan_Sosial_%28Wahyudi%29_%28Z-Library%29/
- Memahami Kajian Media dan Budaya: Pendekatan Multidisipliner - Repository Ubhara Jaya, accessed May 9, 2025, http://repository.ubharajaya.ac.id/27943/1/Memahami%20kajian%20media%20%281%29_compressed.pdf
- JOKOWI 3 PERIODE DI MEDIA TWITTER SKRIPSI Oleh : LAURA LINTANG SELFA AZELLA NIM - Digilib UIN Sunan Ampel Surabaya, accessed May 9, 2025, http://digilib.uinsa.ac.id/64105/2/Laura%20Lintang%20Selfa%20Azella_I01219015.pdf
- PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT DALAM BERMEDIA SOSIAL GUNA MEMPERCEPAT KONSOLIDASI DEMOKRASI INDONESIA Oleh - Portal Keanggotaan Perpustakaan Lembaga Ketahanan Nasional, accessed May 9, 2025, http://lib.lemhannas.go.id/public/media/catalog/0010-112300000000023/swf/7362/PPRA%2065%20-%2011%20s.pdf
- TINDAKAN APATIS MAHASISWA UNIVERSITAS ISLAM SUNAN AMPEL SURABAYA TERHADAP KEBERSIHAN LINGKUNGAN Disusun oleh: Dwi Astiti Hadiska, accessed May 9, 2025, https://digilib.uinsa.ac.id/19820/43/Dwi%20Astiti%20hadiska%20Putri_E01213015.pdf
- Pragmatisme Mahasiswa - Universitas Bung Hatta, accessed May 9, 2025, https://bunghatta.ac.id/artikel-283-pragmatisme-mahasiswa.html
- Plagiarisme dan Integritas Akademik - Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Teknik UNTAN, accessed May 9, 2025, https://pwk.teknik.untan.ac.id/files/buku/fullbook-plagiarisme-dan-integritas-akademik-compressed_1706694415.pdf
- Meninjau Ulang dan Menyikapi Pragmatisme Dewasa Ini - Widya Mandala Surabaya Catholic University Repository, accessed May 9, 2025, https://repository.ukwms.ac.id/11113/1/Meninjau%20Ulang%20Pragmatisme%20Dewasa%20Ini.pdf
- Kontribusi Filsafat Moral dalam Meningkatkan Karakter Kinerja pada Masyarakat Produktif - Ejournal Undiksha, accessed May 9, 2025, https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JFI/article/download/42290/21651/118930
- Mengapa kemampuan berpikir rasional dan saintifik di Indonesia buruk? - Quora, accessed May 9, 2025, https://id.quora.com/Mengapa-kemampuan-berpikir-rasional-dan-saintifik-di-Indonesia-buruk
- MODUL AJAR - IAIN Kudus Repository, accessed May 9, 2025, http://repository.iainkudus.ac.id/9785/1/filsafat%20ilmu%20modul%20ajar%20Anisa%20L.pdf
- VOLUNTARISME DALAM KOMUNITAS - CORE, accessed May 9, 2025, https://core.ac.uk/download/pdf/223126382.pdf
- PERILAKU APATIS DALAM BERORGANISASI PADA MAHASISWA FISIP UNIVERSITAS RIAU | Anindita | NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, accessed May 9, 2025, https://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara/article/view/17641
- TRANSFORMASI SOSIAL PERSPEKTIF AL-QUR'AN (Dimensi Humanisme dalam Gerakan Kemasyarakatan) DISERTASI - repository ptiq, accessed May 9, 2025, https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/459/1/2021-HUSNAWADI-2017.pdf
- indonesian-idf.txt - ResearchGate, accessed May 9, 2025, https://www.researchgate.net/profile/Bowo-Prasetyo/publication/273141354_indonesian-idf/data/54f9dbd10cf25371374ffccb/indonesian-idf.txt?origin=publication_list
- Sarlito Wirawan Sarwono dan Psikologi Sosial Indonesia - Quipper, accessed May 9, 2025, https://www.quipper.com/id/blog/quipper-campus/campus-life/sarlito-wirawan-sarwono-dan-psikologi-sosial-indonesia/amp/
- Arah Gerakan Mahasiswa Pasca Orde Baru - Yusdi Blog, accessed May 9, 2025, https://yusdi.id/arah-gerakan-mahasiswa-pasca-orde-baru/
- UPAYA MENANGGULANGI JUVENILE DELENQUENSI MENURUT SARLITO WIRAWAN SARWONO DAN ZAKIAH DARADJAT (TELAAH KOMPARATIF PERSPEKTIF PENDI - Digital Library Universitas Muhammadiyah Purwokerto, accessed May 9, 2025, https://digitallibrary.ump.ac.id/253/4/8.%20UPAYA%20MENANGGULANGI%20JUVENILE%20DELENQUENSI%20MENURUT%20SARLITOWIRAWAN%20SARWONO%20DAN%20ZAKIAH%20DARADJAT%20%28TELAAH%20KOMPARATIF%29.pdf
- Gerakan Mahasiswa di Indonesia dan Tantangannya terhadap Hegemoni Negara - Jurnal Universitas Gadjah Mada, accessed May 9, 2025, https://jurnal.ugm.ac.id/jps/article/download/82612/pdf